Juli 23, 2024
Jagawana adalah pelindung hutan kita. Di Restorasi Ekosistem Riau, Jagawana turut membantu melindungi kawasan hutan, menjaga persediaan udara dan air bersih serta makanan berlimpah bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus melindungi tanaman dan satwa yang tercatat tinggal di dalam kawasan restorasi.
Hari Jagawana Sedunia diperingati setiap tanggal 31 Juli sebagai momen kita untuk merefleksikan keberanian dan pengorbanan para jagawana yang telah melindungi hutan dan taman di seluruh dunia.
Pada Hari Jagawana Sedunia, kami berbincang dengan Hendrizal, pria berumur 33 tahun yang juga salah satu dari 60 jagawana di RER, untuk memahami lebih dalam perihal peran dari profesi yang menjadi tulang punggung pengelolaan keanekaragaman hayati global.
Mengikuti Panggilan untuk Melindungi Alam
Hendrizal telah bergabung dengan RER sebagai jagawana semenjak tahun 2014. Sebelumnya, ia bekerja sebagai petugas keamanan di APRIL sejak tahun 2010.
Kecintaannya pada alam dan satwa menuntunnya untuk menjadi jagawana.
Alasan lain yang cukup kuat mendorongnya untuk beralih profesi sebagai jagawana adalah pelajaran yang ia ambil dari profesi ayahnya ketika ia masih kecil.
Ayah saya sempat mengambil sumber daya alam tidak secara berkelanjutan di masa lampau, dari hutan yang saya jaga hari ini. “Saya ingin menebus kesalahan tersebut dengan memastikan bahwa setiap pohon di hutan ini terlindungi dan dapat tumbuh sekuat dan setinggi mungkin,” ungkapnya.
“Sebagai penduduk asli Kabupaten Pelalawan, Riau, saya tumbuh dekat dengan alam. Saya selalu merasa senang menghabiskan waktu di alam dengan air bersih dan udara segar di sekitar saya. Jadi, saya anggap itu adalah isyarat bagi saya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar lagi sebagai garda depan yang tugas sehari-harinya selalu berkaitan dengan perlindungan hutan,” lanjut Hendrizal.
“Namun, secinta apapun saya kepada alam, keadaan tidak selalu berjalan mulus ketika Anda harus bekerja di alam liar.”
Hendrizal mengungkapkan bahwa menjalani profesi impian tentu saja bukan tanpa risiko.
“Äda saat di mana kami, para jagawana, kehabisan persediaan makanan ketika berpatroli di dalam hutan yang bisa berhari-hari lamanya. Dalam situasi semacam itu, kami terpaksa menggunakan naluri bertahan hidup. Untungnya, banyak sekali sumber makanan alami di dalam hutan RER yang dapat kami manfaatkan untuk bertahan,” lanjutnya.
Contohnya saja rotan, dikenal sebagai bahan untuk mebel, buah rotan pun ternyata dapat dimakan.
“Äkar bajakah juga merupakan salah satu sumber makanan penting bagi kami selama di dalam hutan karena mengandung banyak air yang bisa kami minum. Akar ini juga sangat mudah ditemukan di dalam hutan RER,”Hendrizal menerangkan.
“Namun, tantangan yang ada tak sebanding dengan kepuasan yang saya rasakan ketika dapat melindungi lingkungan. Menyadari bahwa usaha saya akan membuahkan masa depan yang lebih baik bagi keturunan saya nanti adalah kekuatan yang memacu saya untuk menjadi lebih tangguh setiap harinya,”Hendrizal menambahkan.
Pesan bagi jagawana di seluruh dunia
Pencapaian para jagawana di seluruh dunia sangatlah mengagumkan. Berkat jagawana, jumlah gorilla di pegunungan Virunga meningkat 17 persen dalam 14 tahun terakhir.
Di Australia, program jagawana bagi penduduk asli telah memberdayakan masyarakat dan mendukung terbentuknya generasi baru para pecinta margasatwa.
Dan di RER, jagawana turut bekerja keras melindungi flora dan fauna di dalam hutan restorasi yang jumlahnya mencapai lebih dari 800 species.
“Kita bekerja di lingkungan yang sulit dan kerap berpapasan dengan permasalahan sosial maupun ekologis yang rumit. Hormat saya bagi para rekan jagawana di seluruh dunia. Saya harap kita dapat terus melindungi bumi dan membuatnya menjadi rumah yang lebih baik bagi hari esok,” pungkas Hendrizal.