Desember 02, 2024
Beruang adalah hewan yang menakjubkan, dan setiap spesies memiliki karakteristik unik yang membedakannya. Di antaranya, beruang madu (sun bear) dan beruang bulan (moon bear) sering kali memicu rasa ingin tahu. Dengan perbedaan ciri-ciri dan perilaku, keduanya bagai siang dan malam.
Artikel ini akan membahas lima perbedaan utama antara beruang madu dan beruang bulan, mulai dari taksonomi, penampilan fisik, habitat, pola makan, hingga cara berkomunikasi. Kemudian, kita akan melihat lebih dekat salah satu wilayah hidup mereka: kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Siap untuk mengenal lebih jauh tentang beruang madu dan beruang bulan? Berikut perbedaan utamanya:
Taksonomi dan Penamaan
Beruang madu (Helarctos malayanus), juga dikenal sebagai Malayan Sun Bear, termasuk dalam genus Helarctos yang hanya mencakup satu spesies ini. Nama ilmiahnya merujuk pada lokasi penyebarannya, yang terutama berada di Asia Tenggara. Nama “Sun Bear” berasal dari corak khas berwarna oranye atau kuning di dadanya yang menyerupai matahari.
Sedangkan, beruang bulan (Ursus thibetanus), juga dikenal sebagai beruang hitam Asia atau beruang dada putih, masuk dalam genus Ursus yang mencakup spesies beruang lain, seperti beruang cokelat dan beruang hitam Amerika. Nama ilmiahnya memberi petunjuk tentang habitat asalnya, yakni daerah pegunungan Tibet. Nama “beruang bulan” mengacu pada corak putih berbentuk bulan sabit di dadanya yang menyerupai bulan yang sedang terbit.
Penampilan Fisik
Beruang madu adalah spesies beruang terkecil, dengan panjang tubuh 1,2 hingga 1,5 meter dari hidung ke ekor, dan berat antara 27 hingga 68 kg. Bulunya pendek, hitam, dan mengilap, dengan corak warna cerah di dada yang menjadi ciri khasnya. Beruang ini memiliki kepala lebar, telinga kecil, dan lidah panjang yang cocok untuk mengambil madu dan serangga dari batang pohon atau celah-celah lainnya. Kukunya kuat, melengkung, dan tajam, sehingga sangat ideal untuk memanjat pohon.
Beruang bulan biasanya lebih besar dibandingkan beruang madu, dengan panjang tubuh 1,2 hingga 1,8 meter, dan berat antara 45 hingga 181 kg. Bulunya berwarna hitam dengan surai tebal di sekitar leher dan bahu, memberikan tampilan lebih lebat. Corak bulan sabit di dadanya berwarna putih atau krem yang khas. Seperti beruang madu, beruang bulan juga memiliki kuku yang kuat dan melengkung, tetapi tubuhnya lebih berotot secara keseluruhan.
Habitat
Beruang madu terutama ditemukan di hutan hujan tropis Asia Tenggara, termasuk negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Mereka lebih menyukai hutan lebat di dataran rendah dan pandai memanjat pohon, serta sering beristirahat di sarang mereka yang tinggi di atas pohon.
Beruang bulan memiliki jangkauan habitat yang lebih luas, meliputi hutan dan daerah pegunungan Asia, mulai dari Himalaya hingga Korea, Jepang, dan bagian utara India. Mereka lebih mudah beradaptasi dengan berbagai jenis lingkungan, dan mampu hidup di hutan gugur maupun hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Berbeda dengan beruang madu, beruang bulan cenderung ditemukan di dataran yang lebih tinggi dan mampu bertahan di iklim yang lebih dingin.
Diet
Beruang madu adalah hewan omnivora dengan makanan utama berupa buah-buahan, madu, dan serangga. Mereka disebut “beruang madu” karena kegemarannya mengonsumsi madu, yang mereka ambil menggunakan lidah panjang mereka. Beruang madu juga memakan vertebrata kecil, telur, dan bahkan akar serta dedaunan saat sumber makanan lain sedang sulit ditemukan.
Beruang bulan juga memiliki makanan beragam, termasuk buah-buahan, kacang-kacangan, beri, serangga, dan mamalia kecil. Mereka juga dikenal memakan bangkai dan kadang memangsa ternak, yang kadang menyebabkan konflik dengan manusia. Di daerah yang mengalami musim dingin, beruang bulan akan mengonsumsi banyak kacang-kacangan dan buah-buahan untuk menambah berat badan sebagai persiapan hibernasi, meskipun tidak semua populasi beruang bulan melakukan hibernasi.
Cara berkomunikasi
Beruang madu cenderung hidup menyendiri dan bersifat lebih tertutup. Mereka berkomunikasi melalui suara seperti geraman dan auman, serta bahasa tubuh. Ketika merasa terancam, beruang madu berdiri dengan dua kaki belakang sambil memamerkan corak di dadanya sebagai bentuk peringatan. Mereka juga menggunakan aroma tubuh untuk menandai wilayah kekuasaan mereka.
Beruang bulan, di sisi lain, lebih vokal dan sosial dibandingkan beruang madu. Mereka menghasilkan berbagai vokalisasi, seperti geraman, auman, dan erangan, yang mengungkapkan beragam emosi, mulai dari agresi hingga rasa nyaman. Selain itu, beruang bulan secara aktif menggunakan aroma tubuh mereka untuk berkomunikasi, terutama saat musim kawin tiba.
Beruang Madu di RER
Beruang madu adalah salah satu dari 78 spesies mamalia yang teridentifikasi di RER sejak Juni 2024. Kawasan RER merupakan lokasi inisiatif konservasi penting yang bertujuan untuk memulihkan dan melindungi hutan rawa gambut yang unik di Provinsi Riau, Sumatra.
Lanskap RER sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim dan pencegahan emisi berbahaya, karena menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan gabungan seluruh hutan hujan dunia. Kehadiran beruang madu di RER menjadi indikator kesehatan ekosistem sekaligus berkontribusi padanya; sebagai pemakan beragam dengan wilayah jelajah yang luas, mereka membantu penyebaran biji tanaman dan menjaga keanekaragaman hayati alami hutan.
Melalui pengelolaan lanskap yang cermat, dukungan, serta pemantauan dari tim RER, beruang madu dan berbagai satwa lain yang menjadi bagian dari keanekaragaman hayati yang saling terhubung ini akan terus menghuni hutan rawa gambut Riau selama bertahun-tahun mendatang.