Maret 03, 2025

Solusi Perubahan Iklim: Menjelajahi Potensi Air Gambut

Lahan gambut mampu menyimpan dan menyerap karbon lebih banyak dibandingkan jenis ekosistem darat lainnya. Ekosistem unik ini ada di setiap benua dan mencakup area sekitar 4,23 juta km², setara dengan 2,84% dari seluruh daratan di bumi. Lahan gambut memberikan manfaat besar untuk iklim, kehidupan manusia, dan keanekaragaman hayati.

Ciri khas lahan gambut adalah tanahnya yang selalu basah atau tergenang air, sehingga sisa-sisa tumbuhan di dalamnya tidak bisa terurai sepenuhnya. Karena bahan organik menumpuk lebih cepat daripada proses penguraiannya, terbentuklah gambut yang sangat kaya akan karbon. Air adalah faktor pentig bagi kelestarian ekosistem ini.

Namun, apa sebenarnya air gambut, dan bagaimana bedanya dengan air tawar? Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang air gambut, mulai dari komposisi, warna, hingga perannya dalam menjaga ekosistem lahan gambut di seluruh dunia.

1. Memiliki Komposisi Unik

Air gambut yang ditemukan di lanskap seperti Restorasi Ekosistem Riau (RER) kaya akan bahan organik dari tumbuhan yang membusuk. Jika diperhatikan lebih dekat, air gambut adalah sumber kehidupan dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan air tawar.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa air gambut memiliki tingkat keasaman tinggi (pH 3-5), banyak mengandung sedimen, serta memiliki kadar logam besi (Fe) dan karbon organik yang cukup tinggi, yang dikenal sebagai Dissolved Organic Carbon (DOC). Karena tingkat keasamannya tinggi, mineral yang tersedia untuk tanaman, terutama fosfor, jadi lebih sedikit, sehingga tanah gambut cenderung kurang subur.

2. Berwarna Pekat Seperti Air Teh

Air gambut biasanya berwarna cokelat tua atau seperti warna teh, karena tingginya kandungan tanin dan asam humat yang dilepaskan dari tumbuhan yang membusuk. Warna merah kecokelatan ini juga dipengaruhi oleh asam humat dan fulvat, serta mineral seperti besi (Fe) dan mangan (Mn).

Banyaknya kandungan senyawa organik dalam air gambut berasal dari tanah gambut yang selalu tergenang air sepanjang tahun. Mirip seperti daun teh yang dibiarkan terendam lama, kondisi ini menciptakan cairan pekat yang kaya akan berbagai senyawa organik.

3. Tidak Aman untuk Diminum Secara Langsung

Air gambut mengandung banyak senyawa, beserta ion halogen dan tingkat keasaman tinggi yang dapat menggangu kesehatan gigi jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Karena itu, air gambut umumnya tidak aman untuk diminum. Air gambut yang tidak diolah dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, sehingga perlu disaring secara khusus dan direbus sebelum bisa digunakan sebagai air minum.

Di banyak daerah pedesaan di Asia Tenggara, air gambut dan air hujan sering menjadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat yang terpencil. Berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mencari solusi berkelanjutan atas masalah kekurangan air di wilayah ini.

4. Air Hujan Membuat Tanah Gambut Mengembang dan Menyusut

Umumnya, tanah organik akan menyusut saat mengering, tetapi kembali mengembang saat basah lagi, kecuali jika tanah tersebut mengering hingga mencapai batas tertentu yang menyebabkan kekeringan permanen. Penyusutan tanah gambut dihitung berdasarkan persentase volume awal, dengan rentang 90% untuk gambut perairan hingga 40% untuk gambut fibrous (berserat).

Penyusutan tersebut terutama berlaku di wilayah gambut pesisir dataran rendah di Indonesia. Di daerah ini, tanah organik cenderung menjadi kurang terpengaruh oleh kekeringan setelah beberapa lama dibudidayakan. Kandungan kayu pada gambut di wilayah ini membantu mengurangi penyusutan, karena struktur kayu memberikan kerangka yang stabil dan mencegah tanah menyusut terlalu banyak.

5. Semakin Basah, Semakin Baik

Ketika mengering, lahan gambut berpotensi menjadi sumber api yang berbahaya. Untuk mencegah kebakaran, penting untuk menjaga lahan gambut tetap lembap melalui penggenangan alami dengan air gambut. Bahan organik di rawa gambut mudah kering jika terkena sinar matahari, dan setelah kering, bahan ini menjadi seperti ampas kopi, yang sangat sulit untuk dibasahi kembali.

Air sulit meresap kembali ke gambut yang sudah kering karena sifatnya yang hidrofobik (menolak air). Gambut yang bersifat asam dan sudah terhumifikasi memiliki hambatan paling tinggi untuk menyerap air kembali, karena kandungan lignin yang tinggi serta adanya kumpulan senyawa carboxyl dan phenolic hydroxyl.

Resistensi tanah gambut untuk menyerap air juga dipengaruhi oleh kepadatannya (bulk density). Tanah organik dengan kepadatan rendah cenderung mengalami kekeringan permanen, sedangkan tanah organik dengan kepadatan tinggi lebih mudah dibasahi kembali. Jika lahan gambut mencapai tahap kekeringan permanen, kemampuannya untuk menahan air bisa hilang hingga 40-75%.

6. Air Gambut Menawarkan Solusi Mencegah Perubahan Iklim

Air gambut sangat penting untuk mendukung keanekaragaman hayati yang kaya di ekosistem lahan gambut. Menjaga agar lahan gambut tetap lembap, alami, dan sehat juga berpengaruh langsung dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.

Dalam kondisi basah alami, lahan gambut memiliki potensi untuk menyediakan Solusi Berbasis Alam (Nature-Based Solutions/NBS) yang dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Lahan gambut mengatur aliran air, mengurangi risiko banjir dan kekeringan, serta membantu mencegah masuknya air laut ke daratan.

Lahan gambut yang basah terbukti dapat menurunkan suhu di area sekitarnya, memberikan perlindungan dari panas ekstrem, dan bahkan meningkatkan kualitas udara. Seiring dengan meningkatnya suhu global, menjaga lahan gambut sebagai penyerap karbon juga semakin penting.

Di banyak belahan dunia, lahan gambut menjadi sumber makanan, serat, dan produk lokal lain yang mendukung ekonomi.

Lahan Gambut di RER

Air gambut merupakan fitur penting dari lanskap yang sehat, karena perannya yang mendukung keanekaragaman hayati, mengatur siklus air, dan mengurangi dampak perubahan iklim. Di RER, kami berupaya untuk melindungi dan merestorasi lahan gambut ini melalui studi, penelitian, dan proyek regenerasi yang terus dilakukan. Selama air gambut terus mengalir di lahan gambut Riau, harapan untuk masa depan bumi akan terus ada.

Laporan Kemajuan RER 2023