September 30, 2024

Satwa Liar Menakjubkan di RER: Julang Jambul-hitam

Julang jambul-hitam, atau Sunda wrinkled hornbill (Rhabdotorrhinus corrugatus), adalah spesies burung dengan status terancam punah yang endemik di Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Spesies ini juga merupakan bagian penting dari budaya masyarakat adat di Indonesia. Selain dipercaya dapat menghubungkan masyarakat adat untuk berkomunikasi langsung dengan leluhur, hewan menawan ini juga merupakan lambang dari upaya konservasi saat ini.

Dalam artikel ini, kita akan melihat salah satu hewan Indonesia yang menarik perhatian ini lebih dekat, dengan mempelajari beberapa fakta tentang julang jambul-hitam mencakup perilaku, biologi, dan peran penting mereka bagi keseimbangan ekosistem hutan. Dengan berfokus pada tindakan konservasi yang saat ini sedang berlangsung di Restorasi Ekosistem Riau (RER), kita juga dapat menilai seperti apa masa depan julang jambul-hitam yang tersisa di Indonesia.

Rupa dan karakteristik fisik

Seperti apa rupa julang jambul-hitam? Ciri paling mencolok adalah paruhnya, dengan rahang atas memanjang dan menyatu dengan tempurung kepalanya, yang disebut balung (casque). Panjang tubuh julang jambul-hitam dewasa mencapai sekitar 70 cm, dengan bulu yang didominasi warna hitam. Warna monokrom ini diselingi oleh lingkaran biru berkilauan di sekitar matanya, serta kuning keemasan di sekitar leher dan ujung bulu ekornya.

Julang jambul-hitam merupakan bagian penting dari budaya masyarakat adat di Indonesia

Pada jantan, bagian balungnya yang khas dipertegas dengan warna terang menyala, yang bergradasi dari kuning lemon dan kuning gelap di sepanjang paruhnya, hingga merah tua di jambulnya. Bila burung jantan memiliki warna kuning cerah pada leher dan dada, sebagian besar burung betina berwarna hitam, dengan sedikit warna biru di sekitar lehernya. Bagian paruh dan balung burung betina hampir seluruhnya berwarna kuning, sedangkan paruh burung jantan berwarna kuning dengan warna merah di bagian paruh bawah serta balungnya.

Makanan dan perilaku makan

Julang jambul-hitam memakan berbagai macam buah dari sekitar hutan habitat mereka, tetapi terkadang memakan jenis vertebrata kecil (seperti katak) dan jenis invertebrata (serangga). Mereka menggunakan paruhnya yang sangat besar untuk memetik buah dari batang pohon, lalu memakannya dengan terampil dan tangkas. Menariknya, julang jambul-hitam tidak pernah minum. Alih-alih minum, mereka mendapatkan asupan air yang mereka butuhkan dari kandungan air dalam makanan mereka.

Kebiasaan bersarang dan berkembang biak

Salah satu perilaku julang jambul-hitam yang paling menarik berkaitan dengan kebiasaan berkembang biak mereka. Burung-burung ini bersifat monogami, yakni setia dengan satu pesangan seumur hidup. Pasangan julang jambul-hitam akan melakukan ritual kawin yang rumit dan membangun sarang yang mendetail untuk memberi anak-anaknya awal kehidupan yang terbaik.

Setelah seekor betina memilih lokasi bersarang yang cocok – di rongga pohon yang berlubang – burung jantan akan ‘menghalangi’ pintu masuk dengan lumpur dan kotoran, sehingga hanya menyisakan lubang kecil sebagai akses untuk memberi makan betina (mereka biasanya berkembang biak selama musim hujan, ketika tersedia banyak tanah lembap di sekitarnya untuk membuat penutup sarang). Setelah beberapa bulan ‘dikurung’ di sarang, si betina akan pergi sehingga anak-anaknya dapat terbang meninggalkan sarang.

Perilaku bersarang yang rumit ini sangat tidak umum di antara spesies burung lainnya, serta membutuhkan level ketekunan, kecerdasan, serta akal yang seimbang. Dengan mengamankan sarang dengan cara ini, pasangan julang jambul-hitam tersebut melindungi anak-anaknya dari predator dan ancaman di alam. Keberhasilannya bergantung pada kerja sama penuh antara julang jambul-jantan dan betina.

Peran julang jambul-hitam dalam ekosistem dan signifikansi budaya

Julang jambul-hitam adalah pengembara yang ulung dan makanannya bervariasi. Kecenderungan mereka untuk mencari makan dalam jarak yang jauh, ditambah dengan keragaman makanan yang mereka makan, menjadikan mereka sebagai penyebar benih yang penting dalam ekosistemnya. Pohon-pohon yang berbuah di seluruh hutan akan dikunjungi oleh julang jambul, dan benih yang mereka makan kemudian disebarkan jauh dan luas melalui kotorannya, sehingga membantu hutan tetap sehat menjaga keanekaragaman hayati. Dalam upaya restorasi hutan di RER, julang jambul-hitam sama pentingnya dengan para ilmuwan yang bekerja di daratan.

Julang jambul-hitam adalah satu dari 22 spesies Terancam yang terdokumentasi di area RER

Julang jambul-hitam tidak hanya berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem; mereka juga merupakan bagian integral dari budaya adat di Indonesia. Bagi suku Dayak di Kalimantan, burung ini merupakan simbol kuat dari kesucian, kekuatan, dan keperkasaan. Masyarakat Dayak percaya bahwa julang jambul-hitam adalah pembawa pesan dari hutan. Melalui julang jambul-hitam, masyarakat Dayak dipercaya dapat berkomunikasi langsung dengan leluhur mereka. Penghormatan terhadap julang jambul-hitam tercermin pada pakaian, tarian, dan nyanyian suku Dayak, yang sistem kepercayaannya berpusat pada entitas kedewaan yang hadir dalam sosok burung hornbill raksasa yang disebut ‘Panglima Burung’.

Status konservasi

Apakah julang jambul-hitam terancam punah? Sayangnya, meskipun penting bagi pelestarian alam dan budaya, banyak spesies burung yang berstatus terancam, sebagian besar karena hilangnya habitat yang disebabkan penggundulan hutan. Julang jambul-hitam saat ini terdaftar dengan status Terancam (Endangered) di Daftar Merah IUCN, meningkat dari status Hampir Terancam (Near Threatened) pada 2018. Peningkatan status tersebut membuat upaya konservasi semakin penting dalam memastikan kelangsungan hidup burung-burung menakjubkan ini, di mana juga penting bagi keseimbangan ekologis di ekosistem mereka, serta kehidupan spiritual manusia yang hidup berdampingan dengan mereka.

Upaya konservasi RER

Julang jambul-hitam adalah satu dari 22 spesies Terancam yang terdokumentasi di area RER. Hewan-hewan ini endemik di pulau Kalimantan dan Sumatra serta Semenanjung Malaya, tempat mereka hidup di lapisan bawah dan tengah pada struktur kanopi hutan. Untuk bertahan hidup dan berhasil berkembang biak, mereka membutuhkan hutan hujan yang tidak terganggu. Namun, mereka juga dapat ditemukan di daerah hutan yang dimanfaatkan secara selektif. Hal ini menjadikan RER sebagai tempat yang ideal bagi kelangsungan hidup mereka, dan sebagai tempat menguji pendekatan konservasi yang dapat membantu populasi liar untuk pulih di tempat lain juga.

Dengan mempelajari hewan-hewan ini di habitat alami mereka, dan terus berupaya memulihkan hutan di sekitar mereka, RER berkomitmen untuk menyediakan segala yang dibutuhkan julang jambul-hitam. Seperti halnya 21 spesies Terancam lainnya yang menjadikan RER sebagai rumah, julang jambul-hitam telah menemukan tempat berlindung di Riau, di mana mereka tidak hanya dapat bertahan hidup, tetapi juga berkembang; mereka tetap menjadi simbol dari warna dan nilai budaya, serta keanekaragaman hayati alam di Indonesia.

Laporan Kemajuan RER 2023