Juli 24, 2019
Restorasi Ekosistem Riau (RER) saat ini mencatat 767 spesies tumbuhan dan hewan yang ada di Semenanjung Kampar per Juni 2019.
Hal ini berarti terdapat kenaikan enam spesies, dibandingkan dengan hasil survei keanekaragaman hayati RER sebelumnya yang dilakukan di Kampar tahun lalu.
Identifikasi spesies baru merupakan hasil pemantauan satwa liar yang dilakukan terus-menerus di semenanjung ini oleh tim RER, yang kebanyakan dilakukan menggunakan kamera jebak.
Dari 767 spesies, 75 di antaranya merupakan mamalia, 307 burung, 89 ikan, dan 107 amfibi dan reptil. Sisanya sebanyak 189 spesies merupakan tanaman.
Spesies baru yang diidentifikasi turut mencakup Musang Air, satwa mamalia dengan status Terancam (EN), yang berarti saat ini di Semenanjung Kampar terdapat 57 spesies yang terancam punah di tingkat global.
Spesies baru lainnya ialah Tupai Naning, burung Niltava Kembang Padi, burung Cerek Tilil, dan burung Cerek Pasir Besar, serta spesies tanaman Kantung Air Kuning.
Prayitno Goenarto, Ahli Ekologi RER, menyebut bahwa satwa Musang Air merupakan “temuan yang bagus” karena spesies ini merupakan binatang malam yang sangat suka bersembunyi, sehingga perjumpaan atau penampakan langsung sangat jarang terjadi.
Musang air digolongkan sebagai satwa Terancam (EN) karena populasinya turun signifikan akibat hilangnya habitat dan polusi, ujarnya.
“Musang Air adalah sejenis musang/luwak dan semi-akuatik, atau memang tinggal di perairan, yang artinya bahwa preferensi habitat satwa ini berpotongan dengan habitat Kucing Tandang yang memang ada di RER.
“Dengan adanya Musang Air di RER, ini mengindikasikan bahwa mungkin terdapat habitat lain yang sesuai bagi kedua spesies di lanskap ini,” ujar Prayitno.
Prayitno mengatakan bahwa burung Niltava Kembang Padi teridentifikasi ketika pasangan burung jantan dan betina terlihat terbang melintasi kamera dan tertangkap video selama beberapa detik di RER.
“Yang menarik ialah, spesies ini kerap diasosiasikan dengan area ketinggian, sehingga menemukan mereka di dataran rendah menjadikannya menarik. Spesies burung ini mempunyai ciri yang berbeda antara jantan dan betina (sexual dimorphism), yaitu bulu burung jantan jauh lebih berwarna dibandingkan dengan bulu burung betina,” ujarnya.
Sementara itu, burung Cerek Tilil dan burung Cerek Pasir Besar terdeteksi ketika RER ikut serta dalam Sensus Burung Air Asia (AWC/Asian Waterbird Census) tahun 2019 di awal tahun ini.
“Keduanya merupakan spesies burung migran, yaitu menghabiskan sebagian waktu mereka dalam satu tahun untuk melintasi suatu wilayah atau tinggal sementara waktu di area yang mereka lewati. Ini merupakan kabar baik, karena hal ini menunjukkan bahwa keikutsertaan kami di kegiatan AWC tahunan membawa hasil, dan kami bisa menambah jumlah spesies burung migran kami.
“Hal ini juga membantu menghubungkan RER dan Semenanjung Kampar dengan lanskap lain di dunia, karena spesies burung migran menggunakan kawasan ini untuk tinggal atau untuk transit di bulan-bulan musim dingin, ketika mereka ingin menghindari dinginnya suhu di belahan bumi utara,” ujar Prayitno.
RER terus memberikan waktu dan sumber daya dalam jumlah besar untuk memantau dan melindungi populasi satwa liar di lanskapnya. RER bermaksud memutakhirkan data keanekaragaman hayati di wilayah tersebut tiap enam bulan, memasukkan spesies baru apa pun yang belum pernah terlihat sebelumnya.