Juli 15, 2019
Hari ini adalah Hari Ular Sedunia! Dimulai sejak tahun 2013, peringatan Hari Ular Sedunia dimaksudkan untuk membantu membuka wawasan tentang pentingnya satwa ini bagi ekosistem, serta mengupayakan pemahaman dan menepis anggapan negatif yang lazim dikaitkan dengan satwa ini.
Ular umumnya dianggap satwa yang amat berbahaya, yang mampu membunuh, baik melalui gigitan taring berbisa, atau dengan membelit mangsa dengan tubuhnya sampai mati. Keyakinan semacam ini terus diperkuat melalui penggambaran di film dan acara televisi.
Ada lebih dari 3.400 spesies ular di dunia, yang ditemukan di tiap benua kecuali di Antartika (Kutub Selatan). Akan tetapi, hanya seperempat ular yang ada di dunia merupakan ular berbisa, dan kebanyakan ular menggigit hanya jika manusia mengusik ketenangan mereka. Pada kenyataannya, ular lebih suka menghindari persinggungan dengan manusia, jika memungkinkan, dan hanya akan bersikap agresif ketika mereka merasa perlu membela diri atau saat mereka lapar.
Ular memakan berbagai jenis satwa, termasuk serangga, satwa pengerat kecil, dan katak. Karena pola makannya itu, ular berperan penting dalam menjaga kesehatan ekosistem dan lingkungan, memastikan jumlah tikus, katak, dan nyamuk di dunia tetap terkendali. Ular menelan bulat-bulat mangsa mereka, menggunakan rahang khas ular yang bisa memisah.
Di Restorasi Ekosistem Riau (RER), ada setidaknya 41 spesies ular yang tergolong dalam sembilan keluarga yang telah teridentifikasi di hutan kami, termasuk ular karung, ular rumput, ular golongan Elapidae, ular beludak (vipers), dan ular piton/sanca.
Beberapa spesies ular yang ditemukan di RER termasuk:
KING KOBRA
(Ophiophagus hannah)
King Kobra adalah ular yang mungkin paling banyak dikenal di dunia, sekaligus merupakan ular berbisa yang terpanjang di dunia.
Akan tetapi, yang tidak banyak diketahui ialah bahwa ular ini kebanyakan memangsa ular lain, dan kadang juga memangsa hewan vertebrata lainnya seperti kadal/biawak dan hewan pengerat. Berkat laju metabolismenya yang sangat pelan, setelah makan besar ular King Kobra ini bisa hidup berbulan-bulan tanpa harus memangsa lagi.
Karena hilangnya habitat dan perburuan oleh manusia, ular King Kobra saat ini digolongkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai spesies Rentan (VU).
ULAR SANCA BATIK/SANCA KEMBANG
(Malayopython reticulatus)
Ular sanca batik/sanca kembang merupakan ular terpanjang di dunia, dan salah satu dari tiga spesies ular berbobot paling berat. Di Asia, jenis ular ini merupakan jenis ular asli terbesar di kawasan ini.
Ular ini juga pandai berenang, pernah terlihat berada jauh di tengah lautan dan mendiami banyak pulau kecil.
Meski tidak berbisa, ular ini termasuk segolongan kecil ular yang memangsa manusia, selain hewan mamalia lainnya. Ular ini berburu dengan cara mengintai dan menyergap mangsanya, kemudian membelit mangsa dengan tubuhnya, mencengkeram dan mencekik mangsa hingga meregang nyawa.
ULAR CINCIN EMAS
(Boiga dendrophila)
Ular cincin emas bisa bersifat agresif dan agak berbisa. Gigitan ular berbisa ini bisa mengakibatkan bengkak parah pada manusia, namun sejauh ini tidak tercatat adanya kematian manusia akibat gigitan ular ini.
Ular ini kebanyakan aktif di malam hari, dan cenderung diam tidak bergerak di cabang pepohonan sepanjang hari. Spesies ini umum ditemukan di Asia Tenggara.
Ular ini memang tidak banyak diburu, namun jumlahnya turun karena habitat mereka hilang akibat deforestasi. Ular ini juga terkena dampak perubahan iklim, yang juga mengakibatkan rusaknya habitat mereka serta berkurangnya jumlah mangsa mereka.