Juli 15, 2024
Dalam pembahasan tentang konservasi, tanah adalah topik yang sering diabaikan. Padahal, tanah adalah salah satu elemen terpenting di bumi ini. Tanah menumbuhkan makanan kita, menyimpan persediaan air kita, dan membentuk sumber kehidupan baru di daratan. Tanah juga berpotensi memengaruhi iklim secara drastis dan menentukan kesehatan ekosistem. Karena itu, pemahaman tentang tanah dapat menjadi kunci utama untuk menjawab tantangan perubahan iklim.
Sederhananya, kehidupan di bumi tidak akan ada tanpa tanah. Alaminya, tanah mendaur ulang unsur hara dan menyediakan fondasi bagi rantai kehidupan yang saling berhubungan. Bagi manusia, tanah menjadi modal awal dalam bertani dan penting bagi ketersediaan pangan. Dengan segala kegunaan tanah yang kita ketahui, masih banyak lagi manfaat tanah yang belum terungkap.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dekat dua jenis tanah yang berbeda—tanah gambut dan tanah mineral—menelusuri karakteristik unik dan peran ekologis yang mereka mainkan. Apa itu tanah mineral dan tanah gambut? Di mana letak kemiripan dan perbedaannya? Mengapa tanah begitu penting? Mari gali lebih dalam untuk mencari jawabannya.
Karakteristik fisik tanah
Komponen dasar tanah terdiri dari mineral, bahan organik, air, dan udara. Namun, komposisi yang tepat antara semua komponen ini dapat menentukan karakter tanah dan menentukan kegunaannya dalam lingkungan. Tanah mineral dan tanah gambut memiliki komposisi dan proses pembentukan yang berbeda. Memahami perbedaan di antara kedua jenis tanah ini sangat penting untuk pengelolaan lahan secara berkelanjutan dan upaya pelestarian lingkungan.
Tanah mineral memiliki komposisi sekitar 45% mineral dan hanya 5% bahan organik, dengan separuh sisanya terbagi 50:50 komposisi air dan udara. Sebaliknya, tanah gambut mengandung sekitar 80% air dan 20% bahan organik. Itulah sebabnya tanah gambut bersifat basah dan sangat kaya akan karbon. Meski berbeda, kedua jenis tanah ini sangat penting bagi habitatnya masing-masing; tanah gambut dikenal akan kemampuannya menyerap karbon dan menciptakan habitat lahan basah yang unik, sedangkan tanah mineral merupakan fondasi dari ekosistem daratan, sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari produktivitas pertanian.
Komposisi dan proses pembentukan tanah
Tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: tanah organik, yang terbentuk dari sedimentasi dan sebagian besar terdiri dari bahan organik; dan tanah mineral, yang terbentuk dari pelapukan batuan dan sebagian besar terdiri dari bahan anorganik.
Gambut merupakan bahan organik yang belum terurai, biasanya berasal dari tanaman. Ketika tanaman di lahan basah mati, sebagian tanaman tersebut terurai menjadi lapisan terkonsentrasi, terdiri dari bahan organik yang lembap dan minim unsur hara.
Tanah mineral terbentuk dari batuan (dalam konteks ini disebut sebagai ‘bahan induk’) melalui proses pelapukan dan erosi alami. Selama ribuan tahun, air, angin, perubahan suhu, gravitasi, interaksi kimia, organisme hidup, dan perbedaan tekanan bersama-sama membantu memecah bahan induk tersebut menjadi zat yang kita kenal sebagai tanah mineral.
Karakteristik kimiawi
Tanah mineral terdiri dari beragam proporsi partikel mineral, termasuk pasir, endapan lumpur, dan tanah liat, serta bahan organik. Tanah mineral juga mempunyai karakteristik fisik yang berbeda-beda tergantung teksturnya, yang ditentukan oleh retensi air, sistem pengairan, dan sirkulasi udara. Pada umumnya, tanah mineral memiliki ketersediaan unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan tanah gambut dan dapat memberikan dukungan lebih kuat untuk sistem akar tanaman. Sedangkan, tanah gambut sebagian besar terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, termasuk lumut, rumput, dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Tanah gambut ditandai dengan kandungan karbon yang tinggi dan kandungan mineral yang rendah. Tanah gambut juga memiliki tingkat pH yang rendah akibat pelepasan tanin dari sisa tanaman yang belum terurai, sedangkan tanah mineral dapat bersifat asam, netral, atau basa, tergantung pada bahan aslinya.
Peran ekologis
Tanah gambut dan tanah mineral sama-sama berperan penting dalam lingkungannya. Gambut menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan gabungan seluruh hutan hujan di dunia, sedangkan tanah mineral menyediakan semua nutrisi penting bagi pertumbuhan tanaman. Bersama-sama, tanah gambut dan tanah mineral menjaga bumi kita tetap sehat dan subur.
Ekosistem tanah gambut, seperti lahan gambut dan rawa, menyediakan habitat penting bagi aneka spesies tumbuhan dan hewan. Ekosistem tanah gambut merupakan penyerap karbon terbesar dan terpenting di dunia, yang mengurangi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida di atmosfer. Lahan gambut juga terbukti menjaga aliran air, mengurangi banjir, dan menyaring polutan.
Tanah mineral mendukung berbagai ekosistem daratan, termasuk hutan, padang rumput, dan lahan pertanian. Tanah mineral menopang keanekaragaman hayati, menyediakan nutrisi penting untuk pertumbuhan tanaman, dan berkontribusi terhadap stabilitas tanah dan pengendalian erosi. Tanah mineral adalah sumber dari semua kehidupan daratan di bumi.
Upaya RER untuk melindungi dan memulihkan tanah gambut
Riau adalah rumah bagi salah satu penyimpan karbon lahan gambut terbesar di dunia. Oleh karena itu, tim Restorasi Ekosistem Riau (RER) bekerja terus-menerus untuk melestarikan tanah gambut yang berperan penting ini, menjaganya tetap basah, dan secara saksama memantau emisi gas rumah kaca (GRK). Di Indonesia, musim hujan dan kemarau tahunan menyebabkan fluktuasi alami pada tinggi permukaan air tanah gambut. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, saluran air buatan manusia telah mempercepat pengeringan gambut dengan menurunkan permukaan air, menyebabkan oksidasi dan penurunan permukaan tanah, meningkatkan risiko kebakaran, dan melepaskan karbon berbahaya ke atmosfer.
RER berupaya memperbaiki kerusakan ini dan memulihkan lahan gambut ke kondisi alaminya. Kami tengah berupaya menutup saluran air dan membasahi kembali lanskap, dengan memasang bendungan karung pasir dengan kemiringan 40 sentimeter di sepanjang kanal lama. Upaya ini merupakan operasi besar-besaran – satu bendungan memerlukan 150–200 karung pasir, masing-masing karung pasir berbobot sekitar 25–30 kilogram dan harus diangkut hingga 50 kilometer ke dalam hutan oleh anggota tim restorasi kami. Kami juga beralih ke bendungan modular yang terbuat dari bahan yang disebut Fiber Reinforce Polymer, yang lebih rendah biaya dan mudah dirakit.
Hingga saat ini, RER telah berhasil membangun 112 bendungan di Riau, menutup 36 kanal sepanjang total 179 kilometer. Kami telah mencapai 80% dari target kami, yaitu membasahi kembali 11.000 hektar hutan. Perjalanan ini masih panjang, namun tim kami akan terus berdedikasi dalam upaya melestarikan lahan gambut dan peran pentingnya dalam ekosistem. Selain itu, dengan menggabungkan upaya restorasi dan penemuan ilmiah, aktivitas RER di Riau dapat membantu memastikan bahwa tanah yang kita pijak tidak lagi terabaikan, dan lebih mudah dipahami.
Baca artikel ini untuk mempelajari lebih banyak tentang tanah gambut.