Januari 15, 2025

Penelitian Beruang Madu di RER: Konservasi Satwa Liar Berbasis Data

Terletak di Semenanjung Kampar, Sumatra, Restorasi Ekosistem Riau (RER) adalah sebuah inisiatif yang berkomitmen pada pemulihan dan perlindungan ekosistem lahan gambut di Indonesia, serta pelestarian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Sejalan dengan komitmen tersebut, RER terus berupaya memperdalam riset ilmiah dengan mendukung para peneliti ahli yang datang dari berbagai disiplin ilmu dan negara. Sejak Agustus hingga November 2024, RER menjadi tuan rumah bagi dua ahli konservasi satwa liar asal Inggris dan Indonesia. RER membantu penelitian mereka demi pelestarian beruang madu atau Malayan sun bear (Helarctos malayanus).

Dr. David Lee dari University of South Wales di Inggris dan Meisye Wulandari, mahasiswi Magister di Universitas IPB Bogor, Indonesia, menjalankan tiga bulan di area RER di Semenanjung Kampar. Di sana, mereka memantau bukti keberadaan beruang madu di alam liar. Kontribusi dari penelitian mereka akan membantu mengembangkan pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati dan mendukung upaya konservasi satwa liar di RER, khususnya mengenai beruang madu, yang menerus dilakukan.

Tujuan Penelitian: Dari Pemetaan hingga Pengelolaan Lanskap

Bagi Lee dan Wulandari, penelitian terbaru ini menjadi kesempatan untuk mengumpulkan informasi ekologis penting dari wilayah habitat beruang madu yang masih jarang diteliti. Hasil kerja sama mereka mendukung upaya berkelanjutan dari Komisi Penyelamatan Spesies IUCN, khususnya Kelompok Spesialis Beruang (BSG), dalam memantau konservasi beruang madu. Pemantauan ini mencakup data berbasis wilayah untuk mendukung pemetaan distribusi spesies beruang Asia yang dimulai sejak 2023.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beruang madu cenderung mendiami hutan dataran rendah yang masih alami, karena area ini menyediakan lebih banyak buah dibandingkan hutan di daerah yang lebih tinggi. Jika pohon besar yang berbuah dan sumber makanan lainnya menghilang, beruang madu yang bergantung padanya juga akan pergi. Karena itu, keberadaan beruang madu bisa menjadi indikator keberhasilan pemulihan lahan gambut. Indikator tersebut merupakan informasi yang sangat penting bagi program RER.

Proyek penelitian ini juga mendukung strategi pengelolaan jangka panjang RER untuk Semenanjung Kampar dengan memberikan gambaran detail tentang bagaimana spesies terancam punah, seperti beruang madu, memanfaatkan habitatnya dan bagaimana jumlah populasinya berubah. Dengan pemahaman lebih baik tentang pola penyebaran beruang madu dan cara mereka menggunakan lahan, RER berupaya meningkatkan efektivitas pengelolaan konservasi lanskap di kawasan tersebut.

Temuan Penelitian: Distribusi dan Pemanfaatan Habitat

Berdasarkan survei kamera jebak (camera trap) yang dipasang secara ekstensif oleh kedua peneliti, ditemukan bahwa jumlah beruang madu cukup banyak dan tersebar luas di Semenanjung Kampar. Bahkan, spesies mamalia besar ini merupakan spesies kedua yang paling sering terlihat di wilayah tersebut, setelah beruk (pig-tailed macaque). Beruang madu terdeteksi di keempat kelas tipe hutan yang diidentifikasi dalam penelitian, termasuk di perbatasan hutan tanaman industri.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki potensi besar untuk menjadi tempat perlindungan bagi spesies beruang madu. Para peneliti mencatat bahwa beruang madu memilih habitatnya berdasarkan ketersediaan makanan dan keamanan. Mereka cenderung tinggal di dalam hutan, tetapi juga mencari makan di hutan sekunder, yakni hutan bekas tebangan, dan hutan yang sedang pulih akibat kebakaran. Beruang madu juga ditemukan mencari makan dan melintasi vegetasi non-alami

Setelah proyek selesai pada bulan November, Wulandari menyatakan, “Melihat bukti keberadaan hewan-hewan ini di alam liar membuat saya semakin menghargai hutan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.” Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari dukungan RER. “Tim RER, mulai dari staf lapangan, penjaga hutan, hingga personel lainnya, memberikan bantuan teknis yang luar biasa serta berbagi pengetahuan penting tentang ekosistem RER,” ujarnya.

Eco-Research Camp: Pusat Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Lahan Gambut

Pada tahun 2020, RER membangun Eco-Research Camp sebagai pusat penelitian lahan gambut tropis. Fasilitas yang disediakan membuat Eco-Research Camp menjadi basis bagi peneliti global seperti Lee dan Wulandari untuk mendukung kegiatan penelitian mereka. Misi Eco-Research Camp yang lebih luas adalah membangun kolaborasi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (non-pemerintah), institusi penelitian, dan universitas di Indonesia maupun dunia, untuk memperdalam pemahaman tentang ekosistem lahan gambut tropis, mengembangkan teknik pemantauan yang inovatif, dan menyebarkan hasil penelitian secara luas.

“RER memberikan dukungan luar biasa untuk penelitian melalui Eco-Research Camp,” ujar Wulandari. Ia menggambarkan Eco-Research Camp sebagai “fasilitas yang dirancang dengan baik, dilengkapi akomodasi nyaman, listrik, internet, laboratorium, serta ruang diskusi dan analisis data—sangat cocok untuk mendukung penelitian di lingkungan terpencil seperti hutan gambut.”

Harapan Baru untuk Masa Depan Konservasi

Penelitian ini tidak hanya mengumpulkan informasi penting tentang beruang madu untuk membantu strategi konservasi, tetapi juga menunjukkan bagaimana kolaborasi antara akademisi dan sektor swasta dapat melindungi spesies yang terancam punah. Metode penelitian yang digunakan akan diterapkan untuk pemantauan jangka panjang spesies mamalia lainnya, sehingga akan memperluas pemahaman RER tentang lanskap dan mendukung target penelitian serta restorasi lebih lanjut.

Ke depannya, hasil penelitian Lee dan Wulandari akan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dan menginspirasi komitmen konservasi. “Temuan unik dari penelitian ini, ditambah dengan rekaman menarik dari kamera jebak yang menunjukkan aktivitas beruang madu, adalah penghargaan terbaik dari semua upaya kami,” kata Wulandari. “Momen ini semakin menguatkan tekad saya untuk terus melanjutkan pekerjaan penting ini.” Dengan memperdalam pemahaman kolektif tentang distribusi beruang madu dan cara mereka menggunakan berbagai jenis habitat, penelitian terbaru di RER memberi harapan besar untuk masa depan spesies yang terancam punah ini. Bagi Wulandari, pengalaman ini sangat menginspirasi, dan akan terus ia bawa ke pekerjaan selanjutnya.

“RER meninggalkan kesan mendalam bagi saya,” katanya. “Ekosistemnya yang terjaga dengan baik menunjukkan bahwa komitmen terhadap restorasi dan konservasi dapat memberikan dampak nyata.” Wulandari juga menekankan bahwa kehadiran spesies langka seperti beruang madu di RER membawa harapan baru bagi masa depan konservasi. “Bagi saya, RER adalah simbol keberhasilan upaya restorasi dan menjadi inspirasi untuk proyek serupa di tempat lain. Setiap data yang kami kumpulkan adalah langkah menuju pengelolaan konservasi yang efektif,” tutupnya.

Laporan Kemajuan RER 2023