Agustus 26, 2021
Rawa gambut seperti Restorasi Ekosistem Riau (RER) mengandung sekitar 90 persen air dan 10 persen padatan organic sehingga ketinggian air merupakan hal penting. Jika gambut mengandung terlalu sedikit air, bahan organik yang terkandung di dalamnya akan melepaskan gas metana dan karbon dioksida ke atmosfer.
Karena alasan inilah tim RER secara aktif menjaga ketinggian air di area restorasi dan membuat kemajuan yang stabil dalam memulihkan kondisi hidrologi di area konsesi yang terletak di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.
Pemantauan Kondisi Hidrologi
Salah satu aspek penting dalam mengkaji kondisi hidrologi di RER adalah melalui pemantauan muka air tanah setiap bulan. Serangkaian sumur celup (dip-well) dimasukkan ke dalam gambut untuk memantau tingkat muka air.
RER juga secara aktif menutup saluran drainase lama, yang dulunya dibuat untuk mengangkut kayu keluar dari hutan. Lebar kanal-kanal ini bisa mencapai sembilan meter, dan menyebabkan gambut mengering sehingga rentan terbakar.
Sejak 2015, RER telah bekerja untuk menutup saluran drainase lama ini untuk menjaga kondisi hidrologi dalam fluktuasi musiman yang normal. Dan, karena tidak ada jalan yang dapat dilalui kendaraan darat di dalam hutan RER, tim water management RER harus menggendong karung pasir seberat 30kg melintasi hutan, terkadang dengan jarak beberapa kilometer, untuk membangun sebuah bendungan atau sekat kanal.
Untuk menutup sebuah kanal berukuran kecil, tim RER membutuhkan setidaknya 50 karung pasir yang perlu diganti dalam 10 tahun. Beberapa bendungan bahkan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk dibangun, tergantung pada ukuran kanal dan seberapa jauh hutan yang harus dilalui.
Hingga saat ini, tim RER telah mengidentifikasi 48 sistem kanal yang membentang sepanjang 211 km melintasi seluruh area konsesi RER. Tujuannya adalah untuk memulihkan air pada interval ketinggian 40cm di sepanjang seluruh jaringan kanal pada tahun 2025.
Selama lima tahun, 72 persen dari tujuan RER telah tercapai dengan membangun 79 sekat kanal untuk menutup 29 sistem kanal sepanjang 158,2 km, berdampak pada 8.920 ha di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.