Juni 08, 2022
Kita mungkin menggunakan kata kura-kura dan baning secara bergantian dan bahkan pernah tertukar dalam penyebutannya, tetapi tahukah kamu bahwa mereka memiliki perbedaan ilmiah? Faktanya, baning adalah kura-kura, tetapi tidak semua kura-kura adalah baning.
Kedua reptil itu memang berasal dari ordo Testudines, tetapi berasal dari keluarga yang berbeda. Mereka terlihat mirip karena dilindungi oleh tempurung, bagian atas tempurung ini disebut karapas, sedangkan bagian yang lebih rendah pada perutnya disebut plastron. Umumnya, kedua hewan ini memiliki sifat tertutup dan pemalu di alam, tetapi ada perbedaan signifikan yang dapat membantu kita membedakan mana baning dan mana kura-kura.
Habitat
Cara termudah untuk mengidentifikasi perbedaan antara baning dan kura-kura adalah melalui habitatnya. Kura-kura memiliki cangkang relatif rata, tipis, dan ramping sehingga lebih aerodinamis untuk membantu mereka berenang dan menyelam dengan lebih baik, menghabiskan waktu lebih banyak dalam air, sementara baning umumnya tinggal di darat.
Oleh karena itu, kura-kura adalah perenang hebat yang menghabiskan sebagian besar waktunya di bawah air. Beberapa kura-kura bahkan sepenuhnya akuatik dan hanya meninggalkan air untuk bertelur. Selebihnya merupakan semi-akuatik dan akan meninggalkan air untuk berjemur di bawah sinar matahari.
Sementara itu, tempurung berbentuk kubah yang dimiliki baning lebih berat dan lebih bulat untuk melindungi mereka dari pemangsa di darat. Namun, terdapat pengecualian bagi baning kotak dan beberapa baning lumpur karena mereka memiliki cangkang berbentuk kubah yang lebih mirip dengan cangkang kura-kura.
Baning secara eksklusif tinggal di darat karena mereka tidak memiliki tubuh yang ramping dan kaki yang beradaptasi. Bahkan jika seekor baning jatuh ke air yang dalam, kemungkinan besar baning tersebut akan tenggelam.
Karakteristik fisik
Perbedaan secara fisik dapat dilihat pada tempurung dan kaki. Seekor baning memiliki kaki pendek dan kokoh dengan jari kaki bertanduk dan bersisik, seperti kaki gajah kecil.
Sementara itu, kaki yang dimiliki oleh kura-kura berselaput dengan cakar panjang untuk memberi cengkeraman yang baik saat mengambang dan berenang. Adaptasi ini juga akan membantu mereka naik ke tepi sungai. Beberapa kura-kura, seperti Labi-Labi Moncong Babi, bahkan memiliki sirip.
Makanan
Perbedaan lain terletak di preferensi makanan mereka. Baning adalah herbivora dengan makanan utama daun, buah-buahan, sayuran, atau rumput. Namun, terkadang mereka menelan batu untuk melengkapi kebutuhan mineral tertentu seperti kalsium.
Sementara itu, kura-kura bersifat omnivora. Mereka memakan ikan, cacing, serangga, amfibi, ubur-ubur, tanaman, ganggang, invertebrata, dan bahkan makhluk yang lebih besar.
Pengelupasan Tempurung
Lain halnya dengan tempurung baning yang tidak mengelupas, sisik pada tempurung kura-kura akan mengelupas, dan sisik baru tumbuh di bawahnya. Ketika itu terjadi, kura-kura akan berjemur di bawah sinar matahari untuk mengeringkannya atau mengikis tempurung mereka pada batu dan pohon untuk membantu pengelupasan.
Lingkungan akuatik memungkinkan organisme seperti ganggang atau jamur tumbuh di tempurung kura-kura, dimana pengelupasan tempurung akan membantu mereka menyingkirkannya.
Baning biasanya memiliki kondisi tempurung yang relatif kering sehingga tidak memiliki masalah yang sama, dan tempurung mereka tidak mengelupas karena keratin yang terdapat di tempurung mereka akan terus tumbuh, melapisi dirinya sendiri, mengembang, sehingga menghasilkan bentuk kubah pada tempurung mereka. Sisik mereka juga menjadi lebih besar dan lebih tebal untuk melindungi mereka dari pemangsa
Masa Hidup
Baning memiliki umur yang jauh lebih panjang dari kura-kura, dengan ekspektasi hidup sekitar 90 tahun jika mereka dapat menghindari predator. Bahkan, seekor baning bernama Jonathan adalah hewan darat tertua yang saat ini hidup pada usia 190 tahun.
Sebaliknya, kura-kura hanya memiliki rentang usia sekitar 20 hingga 40 tahun, sementara penyu dapat hidup hingga 60 hingga 70 tahun.
Distribusi geografis
Secara geografis, baning umumnya ditemukan di Asia dan Afrika, dan beberapa spesies juga ditemukan di Amerika, karena habitatnya yang hampir seluruhnya memiliki temperatur hangat. Kura-kura ditemukan di Afrika dan Amerika, namun setidaknya ada enam spesies kura-kura yang tercatat hidup di Restorasi Ekosistem Riau, Semenanjung Kampar, Sumatera, Indonesia.
Dua di antaranya, Kura-Kura Matahari (Heosemys spinosa,) dan Kura-Kura Sungai Raksasa (Orlitia borneensis), yang dikategorikan sebagai Endangered (EN) dan Critically-Endangered (CR).
Bagi kami di RER, pemulihan populasi kura-kura dan baning di Indonesia membutuhkan perhatian lebih. Hal ini sangat penting karena kura-kura dan baning kerap menghadapi beberapa potensi ancaman seperti perburuan liar, deforestasi, dan perdagangan internasional yang telah menyebabkan jumlah mereka menurun di alam liar.
Oleh karena itu, kami mencatat dan mengidentifikasi enam spesies kura-kura dalam publikasi Kura-Kura Semenanjung Kampar, untuk memantau dan melindungi spesies kura-kura di Semenanjung Kampar.