“Kami membawa berbagai jenis makanan, seperti beras, mi instan, dan makanan kalengan. Kami juga membawa alat masak untuk mengolah makanan,” ujarnya.
“Meski harus tinggal di dalam hutan dan mandi dengan air kanal, saya senang dengan pekerjaan saya. Saya bangga menjadi jagawana karena kami lah yang memelihara hutan dan menjaga alam agar aman dari ancaman,” ujarnya.
Meski ia tidak mengeluh dalam tugasnya sebagai jagawana RER, pekerjaan yang paling berat bagi Manalu adalah ketika ia harus tinggal di hutan selama 20 hari dalam sebulan, dan hanya menyisakan waktu 10 hari dalam sebulan untuk istri dan kedua anak perempuannya.
Manalu menyampaikan bahwa rasa rindu terhadap keluarganya kadang membuat ia memanjat pohon yang tinggi demi mendapat sinyal telepon untuk menghubungi keluarganya.
“Kadang kalau saya kangen keluarga, saya akan cari sinyal dengan cara memanjat pohon setinggi 30 meter hanya untuk menelepon mereka,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa keluarganya selalu memberikan dukungan dan tidak pernah mengeluhkan pekerjaannya yang membuatnya jarang di rumah.
“Untungnya, istri dan anak-anak saya tidak meributkan pekerjaan saya – mereka paham bahwa saya bekerja di hutan demi memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar Manalu.
Dedikasi Manalu sebagai petugas jagawana mencerminkan tekadnya untuk terus menjaga kelestarian lingkungan. Ia bangga dengan komitmen RER untuk memulihkan dan melestarikan area hutan gambut yang terletak di Semenanjung Kampar, Indonesia, yang memiliki nilai ekologi penting.
“Saya merasa sangat kesal bila ada orang yang menebang hutan secara ilegal dan membakar lahan gambut,” ia menjelaskan.
“Saya harap ke depannya tidak ada lagi praktik-praktik ilegal semacam itu, dan agar kita semua bisa memelihara alam untuk masa depan,’ ujarnya menutup pembicaraan.