April 15, 2021
Ada 337 jenis spesies kura-kura di seluruh dunia, dimana tujuh diantaranya merupakan spesies kura-kura laut. Angka ini terbilang lebih rendah dibandingkan jumlah spesies kadal atau ular di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri terdapat 39 spesies kura-kura.
Mengidentifikasi jenis kura-kura umumnya dilakukan dari membedakan warna, corak dan karakter tempurungnya. Tempurung bagian atas yang menutupi punggung dinamakan karapas (carapace), sedangkan pada bagian bawah perutnya disebut plastron. Tempurung ini berfungsi melindungi kura-kura dari serangan predator.
Sebagian besar kura-kura dapat menarik kepala, kaki, dan ekornya ke dalam tempurung ketika terancam. Meski demikian, terdapat beberapa jenis kura-kura yang hanya dapat menarik kepala dan ekornya saja untuk masuk ke dalam tempurung. Sementara itu, kura-kura laut merupakan jenis kura-kura yang sama sekali tidak dapat menarik anggota tubuh mereka ke dalam tempurung.
Spesies Kura-Kura di Semenanjung Kampar
Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang salah satu lanskapnya berada di Semenanjung Kampar mencatat setidaknya enam jenis kura-kura yang hidup di kawasan yang memiliki nilai ekologi penting tersebut. Dua di antaranya, Kura-kura Duri (Heosemys spinosa) dan Kura-kura Byuku (Orlitia borneensis) terdaftar sebagai spesies dengan status konservasi Terancam (Endangered/EN) dan Kritis (Critically Endangered/CR).
Berikut ini adalah deskripsi dari spesies kura-kura yang tercatat berada di Semenanjung Kampar:
Pelochelys cantorii (EN)
Kura-kura ini dikenal juga dengan nama Giant Softshell Turtle atau Bulus Raksasa dalam bahasa Indonesia. Bulus Raksasa adalah jenis kura-kura air tawar yang berukuran cenderung lebih besar dari kura-kura pada umumnya.
Panjang karapas Bulus Raksasa dewasa bisa mencapai 130 cm dengan berat mencapai 50 kg. Rata-rata karapasnya berwarna hijau keabu-abuan tanpa bercak warna atau pola khusus. Salah satu ciri khas dari spesies ini adalah hidungnya yang menyerupai belalai pendek. Sekilas wajahnya menyerupai katak, sehingga kerap disebut juga sebagai Bulus Raksasa berwajah katak.
Bulus Raksasa banyak berhabitat di daerah muara sungai besar dan pesisir pantai.Persebarannya mulai dari Asia Barat Daya dari India hingga Cina Selatan (termasuk Hainan), dan Asia Tenggara dari Thailand, Vietnam, hingga Malaysia, Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan), Filipina, dan Papua Utara.
Batagur affinis (CR)
Apakah Anda familiar dengan nama Tuntong Sungai? Tuntong Sungai adalah kura-kura yang disebut juga dengan nama River Terrapin. Tuntong Sungai adalah spesies kura-kura air payau yang habitatnya berada di muara sungai-sungai besar atau pesisir pantai yang berdekatan dengan hutan bakau.
Tuntong Sungai dewasa memiliki ukuran tubuh sedang, panjang karapasnya mencapai sekitar 70 cm yang berbentuk cembung tanpa sisik. Karapasnya berwarna keabuan, cokelat kehijauan atau hitam. Salah satu ciri khasnya adalah lubang hidung yang berada di ujung moncong yang agak mencuat ke atas. Selain itu, kaki-kakinya berselaput di antara jari yang masing-masing memiliki empat cakar.
Masuk ke dalam kategori konservasi Kritis dalam Daftar Merah IUCN, kelestarian Tuntong Sungai terancam oleh penangkapan dan perdagangan ilegal.
Batagur affinis memiliki dua subspesies dengan persebaran habitat yang berbeda, yakni:
• Batagur affinis affinis: Thailand paling selatan di pantai barat Semenanjung Malaya, di sepanjang pantai barat Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera.
• Batagur affinis edwardmolli: Wilayah Songkhla di Thailand paling selatan, pantai timur Semenanjung Malaya dan Kamboja.
Batagur borneoensis (CR)
Painted Terrapin atau Beluku merupakan spesies lain dari genus Batagur yang tercatat berada di Semenanjung Kampar. Panjang karapasnya berkisar antara 50 cm hingga 100 cm, berbentuk lonjong dengan bagian atas yang datar.
Karapasnya berwarna krem atau kecokelatan dengan tanda hitam yang membentuk tiga garis hitam memanjang di tengah keeping vertebral dan kostal. Kadang-kadang terdapat Beluku yang seluruh punggungnya penuh berwarna hitam. Beluku dewasa memiliki garis lebar berwarna merah di kepala bagian atas dan pipi berwarna putih.
Beluku dewasa tinggal di daerah muara sungai-sungai besar hingga wilayah pantai. Kura-kura yang baru menetas bermigrasi dari wilayah pantai ke wilayah air tawar dari sungai yang sama, setidaknya 3 km dari sarangnya.
Beluku banyak tersebar di bagian selatan Thailand, Malaysia, Sumatra dan
Kalimantan.
Heosemys spinosa (EN)
Spesies satu ini dikenal juga dengan nama Spiny Turtle yang dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Kura-kura Duri atau Kura-kura Matahari. Spesies ini banyak tersebar di beberapa wilayah di Asia Tenggara, termasuk Myanmar hingga Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra dan Kalimantan, dan tercatat pernah ditemukan di beberapa pulau kecil di sekitarnya.
Karapas Kura-kura Duri dewasa memiliki panjang antara 21 cm hingga 24 cm dengan warna cokelat dan garis pucat di bagian tengahnya. Kepalanya didominasi warna cokelat kehitaman dan terdapat garis berwarna merah yang terlihat samar di tepi kepalanya. Tungkainya bersisik tebal kemerahan.
Tubuh Kura-kura Duri dilindungi oleh kerangka khusus yang terbentuk dari tulang rusuknya. Karapasnya yang berduri melindunginya dari serangan predator. Namun, duri pada tempurungnya ini akan menghilang seiring ia dewasa.
Sebagai herbivora, Spiny Turtle kerap terlihat berada di sungai dangkal, tanah hutan yang lembab. Terkadang ditemukan bersembunyi di tumpukan daun dan semak herba.
Siebenrockiella crassicollis (VU)
Kura-kura Pipi Putih memiliki nama lain yakni Black Marsh Turtle, Malaysian Black Mud Turtle, atau Smiling Terrapin. Ia memiliki panggilan Smiling Terrapin karena bentuk tepi rahang bibir bagian atasnya yang berbentuk agak melengkung, menyerupai senyuman. Spesies ini terbilang relative kecil, dengan panjang karapas berkisar 20 cm. Karapasnya pun cembung dan agak bergerigi di bagian belakang.
Karapasnya berwarna hitam merata tanpa campuran warna lain, noda, ataupun pola. Kepalanya pun berwarna hitam, cenderung besar dan agak lebar dengan moncong yang menghadap ke atas. Kepalanya cenderung terlihat pendek karena ditopang oleh leher yang besar. Terdapat bercak putih agak pucat pada bagian pipi serta di atas matanya.
Jari-jari kakinya penuh berselaput. Kura-kura ini menyenangi daerah perairan berarus rendah dengan substrat lunak dan vegetasi tepian yang luas. Kura-kura ini juga dapat ditemukan di sungai-sungai kecil, kanal, rawa-rawa, sawah dan kolam kecil di hutan.
Kura-kura Pipi Putih tersebar di wilayah Vietnam bagian selatan, Thailand, Myanmar, Malaysia, Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
Ancaman Bagi Kura-Kura Semenanjung Kampar
Itulah sebagian jenis kura-kura yang terdapat di Semenanjung Kampar dan teridentifikasi oleh tim RER di dalam publikasi bertajuk Kura-kura Semenanjung Kampar. Publikasi ini berperan penting dalam menjaga keanekaragaman spesies kura-kura di Semenanjung Kampar dan kawasan RER.
Pasalnya, kura-kura pun menghadapi jenis-jenis ancaman yang membuat keberadaan mereka di alam liar semakin sedikit. Sebagian besar spesies kura-kura di Indonesia dimasukkan ke dalam kategori Mendekati Terancam (Near Threatened/NT) oleh IUCN.
Perburuan di alam bebas, perdagangan internasional, polusi, perusakan hutan dan habitat asli kura-kura merupakan beberapa jenis ancaman yang membuat jumlah kura-kura di alam liar semakin sedikit. Hal ini didorong juga oleh faktor reproduksi kura-kura yang cenderung lamban dengan tingkat gagal menetas yang tinggi pada telur-telurnya, maupun kematian pada bayi kura-kura.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih bagi pemulihan populasi kura-kura di Indonesia.