Juni 05, 2024
Di Restorasi Ekosistem Riau (RER), hal penting dalam upaya konservasi adalah pemahaman mendalam tentang beragam spesies dan cara mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan pemahaman mendalam, kita dapat merancang strategi pelestarian yang efektif, sebagai respons terhadap ancaman spesifik yang dihadapi setiap satwa atau habitatnya.
Melalui artikel ini, kita akan mengamati perbedaan dua spesies ikan snakehead yang umum ditemukan di RER. Kedua spesies ini sama-sama berperan penting dalam ekosistem, sekaligus menjadi sumber nutrisi dan penghasilan bagi masyarakat setempat. Namun, kedua spesies ini juga memiliki ciri khasnya masing-masing. Baca lebih lanjut untuk mengetahui 5 perbedaan utamanya.
1. Taksonomi
Ditemukan di seluruh Asia, kedua spesies ikan ini merupakan predator air tawar yang jenisnya beragam. Dari segi taksonominya, mereka termasuk dalam famili Channidae dan genus Channa, yang mencakup sekitar 50 spesies berbeda.
Dua spesies yang paling umum adalah Ikan Gabus atau Striped Snakehead (Channa striata) dan Ikan Toman atau Giant Snakehead (Channa micropeltes). Meski mirip secara rupa dan perilaku, mereka berbeda dalam hal penampilan, habitat, dan peran ekologisnya.
2. Penampilan
Ikan Toman cenderung lebih besar. Dikenal sebagai ‘toman’ atau kadang-kadang ‘toman harimau’ dalam bahasa lokal, Ikan Toman benar-benar sesuai dengan julukannya. Jika sudah dewasa, ikan ini dapat mencapai panjang 1,5 meter dan berat 20 kg.
Sebaliknya, Ikan Gabus atau yang lebih dikenal sebagai ‘gabus’ saja, umumnya berukuran separuh dari Ikan Toman, meskipun ada juga yang panjangnya sekitar satu meter. Ciri khas lainnya dari Ikan Gabus adalah bentuk tubuhnya yang relatif memanjang.
Ikan Toman dapat dikenali dari benjolan khas di kepalanya, yang tidak dimiliki Ikan Gabus. Kedua spesies ini hadir dalam beragam warna, tetapi Ikan Toman cenderung memiliki corak bintik-bintik gelap dan garis-garis. Sementara itu, Ikan Gabus memiliki warna yang lebih kusam.
Menariknya, Ikan Toman yang belum dewasa memiliki warna merah tua yang mencolok, dengan garis-garis oranye dan hitam yang akan muncul saat usianya sekitar dua bulan. Saat beranjak dewasa, warnanya mulai memudar menjadi hitam kebiruan di bagian atas dan putih di bagian bawah.
3. Habitat and Sebaran
Kedua spesies ikan ini hidup di danau air tawar, sungai, dan rawa di seluruh Asia Tenggara. Namun, mengingat ukurannya yang lebih besar, Ikan Toman cenderung lebih menyukai perairan yang lebih luas seperti danau dan waduk.
Ikan Gabus yang berukuran lebih kecil dan gesit bisa lebih mudah beradaptasi. Mereka mendiami berbagai perairan, bahkan dapat bermigrasi dari sungai dan danau ke ladang yang digenangi air. Mereka akan kembali ke perairan permanen pada musim kemarau, di mana mereka akan bertahan hidup dengan menggali dan bersembunyi di dalam lumpur. Terkadang, Ikan Toman yang belum dewasa dapat ditemukan di sawah, sehingga diberi nama Melayu ‘toman padi’.
4. Ciri-ciri dan perilaku khas
Ikan Gabus dan Ikan Toman sama-sama menghirup udara langsung dari permukaan air. Insang mereka masih belum sempurna, sehingga mereka mengandalkan paru-paru yang terletak tepat di belakang insang untuk pertukaran udara. Jika mereka tidak bisa mencapai permukaan, misalnya karena terjerat jaring, mereka akan mati lemas. Cara adaptasi yang unik ini memungkinkan mereka bertahan hidup bahkan di perairan yang tidak mengalir atau genangan air yang rendah oksigen. Di RER, terkadang kamu dapat melihat mereka menyeret tubuhnya pada daratan di antara sungai, sambil menghirup udara.
Ikan Gabus menunjukkan beberapa perilaku menarik, terutama pada musim kawin. Selama musim kawin, Ikan Gabus jantan dan betina akan berpasangan dan bekerja sama untuk membangun sarang di tumbuhan air, lalu bergiliran menjaga telurnya dari serangan predator.
Setelah telurnya menetas, benih Ikan Gabus akan berwarna oranye kemerahan. Induknya akan terus mengawasi dan melindungi benih-benih tersebut hingga tumbuh cukup besar (5-6 cm) untuk hidup mandiri dan berubah warna menjadi coklat kehijauan.
5. Peran dalam ekosistem
Ikan Toman cenderung menjadi predator puncak dalam ekosistemnya, sehingga mereka bertanggung jawab untuk mengendalikan populasi dari para mangsanya. Selain memangsa ikan lain, Ikan Toman juga memangsa udang-udangan, serangga, dan hewan amfibi. Sebaliknya, Ikan Gabus yang lebih kecil dan lebih mudah beradaptasi memainkan peran yang lebih umum dalam ekosistemnya.
Kedua spesies ini sama-sama merupakan pemburu agresif, yang mengintai dan menyergap mangsa yang sedang lengah. Namun, ada beberapa perbedaan penting dalam perilaku mereka: Ikan Toman dikenal teritorial, mempertahankan tempatnya mencari mangsa dari penyusup; sedangkan Ikan Gabus lebih oportunistik, berkeliaran mencari mangsa yang lemah dan umumnya menghindari konflik dengan predator pesaing.
Jika dibudidayakan secara efektif dalam sistem perikanan berkelanjutan, populasi Ikan Toman dapat menjadi alat efektif untuk mengendalikan kelebihan populasi ikan tilapia. Anda dapat mengetahui lebih lanjut tentang tilapia dan perannya dalam ekosistem RER dengan membaca artikel ini.
Ikan snakehead di RER
Ikan Toman (Channa micropeltes) dan Ikan Gabus (Channa striata) hanyalah dua dari 89 spesies ikan yang tercatat di RER sejauh ini.
Kedua ikan ini berperan sangat penting di RER, karena keduanya merupakan sumber penghasilan yang dapat diandalkan nelayan setempat. Kemampuan ikan-ikan ini untuk bernapas langsung dari udara dan sifatnya yang tahan banting memungkinkan para nelayan untuk mengangkutnya hidup-hidup ke pasar. Berfokus pada empat sungai yang melintasi RER (Kutup, Sangar, Serkap dan Turip), RER bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk memastikan praktik penangkapan ikan dilakukan secara berkelanjutan, dengan dampak minimal terhadap hutan dan satwa liar yang RER rawat.
Bersama nelayan lokal dan ilmuwan internasional, para peneliti di RER terus mempelajari kedua spesies ikan ini untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai spesies itu sendiri beserta peran mereka yang kompleks dalam lingkungannya. Di lanskap RER, pengetahuan adalah kunci untuk memahami, dan pemahaman dapat membuka pintu menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.