Juni 22, 2021
Mari berkenalan dengan Tapir asia (Tapirus indicus). Dari empat spesies tapir yang teridentifikasi di dunia, spesies ini adalah satu-satunya yang ditemukan di benua Asia, khususnya pulau Sumatra di Indonesia, Myanmar, Semenanjung Malaysia dan Thailand.
Empat spesies tapir tersebut antara lain:
• Tapir Brasil (Tapirus terrestris)
• Tapir Baird (Tapirus bairdii)
• Tapir Gunung (Tapirus pinchaque)
• Tapir Malaysia (Tapirus indicus)
Tapir Asia juga merupakan spesies tapir terbesar dengan berat mencapai 350 kg dan panjang 1,8 meter. Spesies ini merupakan salah satu dari 76 spesies mamalia yang teridentifikasi di Semenanjung Kampar oleh tim Restorasi Ekosistem Riau.
Karakteristik
Tapirus indicus cenderung mudah dikenali dari corak tubuhnya yang berwarna hitam dan putih. Tapir dewasa memiliki warna hitam di sekitar kepala dan bagian belakang tubuhnya, sementara bagian bahu, punggung dan perutnya didominasi warna putih. Warna putih juga tampak pada ujung telinganya.
Corak ini ternyata berfungsi untuk menyamarkan keberadaan tapir, supaya predator keliru mengiranya sebagai batu besar, khususnya jika Tapirus indicus sedang berbaring untuk tidur.
Tapir muda dari seluruh spesies memiliki bulu berwarna cokelat dengan garis-garis dan bintik putih yang membantu mereka bersembunyi di balik bayangan pepohonan di hutan. Pola ini akan memudar dan berganti dengan corak tapir dewasa dalam empat hingga tujuh bulan.
Ukuran tapir betina umumnya lebih besar dari yang jantan. Tapir juga memiliki buntut kecil yang pendek yang gemuk dan belalai yang cukup panjang juga fleksibel. Tapir memiliki empat jari di setiap kaki depan dan belakangnya.
Tapirus indicus memiliki penglihatan yang buruk dan lebih mengandalkan kemampuan pendengaran dan penciumannya yang tajam.
Perilaku
Sebagai makhluk penyendiri Tapirus indicus kerap menandai wilayahnya dengan menyemprotkan air seni pada rerumputan.
Tapir adalah herbivora, ia akan mencari dedaunan dengan berlajan perlahan sambil meninggalkan aroma khas untuk tapir lainnya. Mamalia ini juga berkomunikasi satu sama lain dengan membuat bunyi deritan dan peluit dengan nada dan durasi yang berbeda-beda.
Namun, meski kerap berjalan lambat, ia dapat berlari dengan cepat melalui vegetasi lebat saat terancam, mekanisme pertahanannya termasuk menyerang dengan rahangnya yang kuat dan gigi yang tajam.
Tapir juga dicirikan sebagai hewan krepuskular, yang aktif terutama selama periode senja. Mereka cenderung mencari makan segera setelah matahari terbenam atau sebelum matahari terbit dan tidur pada tengah malam.
Meskipun Tapirus indicus dapat hidup hingga 30 tahun, populasi mereka terus menurun seiring waktu, terutama karena perburuan untuk perdagangan ilegal dan perusakan habitat.
Periode berkembang biak tapir yang lambat membuat upaya perbaikan terhadap jumlah populasinya menjadi semakin sulit.
Mereka harus menjalani masa kehamilan dalam 13 hingga 14 bulan untuk bisa melahirkan satu bayi. Bayi atau anak sapi perlu waktu hingga 18 bulan masa perlekatan dengan induknya sebelum dapat hidup mandiri.
Karena kondisi tersebut, Tapirus indicus pun terdaftar dengan status Terancam Punah (Endangered/EN) dalam Daftar Merah IUCN.