September 10, 2019
Mari berkenalan dengan Rusa Sambar (Rusa unicolor). Satwa mamalia ini merupakan satwa asli di Asia Selatan dan dapat dijumpai di berbagai negara termasuk Nepal, India, Thailand, Taiwan, dan Malaysia. Satwa ini juga dapat dijumpai di Indonesia.
Rusa Sambar merupakan salah satu dari 75 spesies mamalia yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar. Saat ini ada tujuh subspesies Rusa Sambar yang telah dikenali, dengan berbagai subspesies yang dapat dijumpai di lokasi berbeda. Sebagai contoh, Rusa Sambar Malaya ada di Sumatra, sedangkan Rusa Sambar Borneo ada di Borneo/Kalimantan.
Rusa Sambar umumnya memiliki tinggi 100 s.d. 160 cm dan dapat berbobot hingga 545 kg, meski biasanya bobotnya mencapai antara 100 dan 350 kg. Subspesies di kawasan barat cenderung bertubuh lebih besar dibandingkan dengan di timur. Rusa betina bertubuh lebih kecil dibandingkan rusa jantan.
Seperti rusa kebanyakan, hanya Rusa Sambar jantan yang memiliki tanduk. Tanduk ini terbagi menjadi tiga cabang, dan umumnya mencapai panjang 110 cm pada rusa dewasa. Rusa Sambar juga menanggalkan tanduk mereka tiap tahun, biasanya setelah musim kawin.
Rusa Sambar memiliki bulu yang kersang yang berwarna coklat kekuningan atau abu-abu gelap. Meskipun warna bulunya biasanya seragam, beberapa subspesies tercatat memiliki bagian bulu berwarna coklat di bagian bawah dan belakang tubuhnya.
Rusa Sambar memiliki surai yang kecil namun tebal, yang cenderung lebih terlihat pada rusa jantan. Ekor mereka relatif panjang untuk ukuran rusa, dan umumnya berwarna hitam di bagian atas dan keputihan di bagian bawah.
Meskipun rusa ini lebih suka tinggal di rerumputan dan semak yang rimbun, hal ini tergantung pada lingkungan sekitar tempat rusa tersebut berada, yang bisa jadi berbeda-beda karena spesies ini memiliki ragam yang luas di Asia.
Rusa Sambar hampir tidak pernah jauh dari sumber air, dan mereka diketahui pandai berenang. Bila pemangsa datang, Rusa Sambar akan berlari ke arah air untuk mengamankan diri. Dalam hal ini, Rusa Sambar mampu mendeteksi pemangsa berkat kemampuan pendengaran dan penciuman mereka yang tajam. Rusa Sambar juga bisa menyerang pemangsanya di air yang dangkal. Meski Rusa Sambar betina tidak memiliki tanduk, mereka sigap membela anak rusa dari pemangsa – sifat yang relatif jamak pada rusa.
Spesies ini kebanyakan aktif pada saat cahaya temaram (saat fajar dan saat senja). Bila lapar, kadang mereka bisa saja mencari makan di malam hari.
Seperti semua rusa lainnya, Rusa Sambar adalah satwa herbivora dan memakan berbagai jenis vegetasi, termasuk rumput, dedaunan, dan buah-buahan. Rusa Sambar adalah satwa pemakan rumput, menggunakan gigi mereka untuk memotong rumput yang dimakannya dan bukannya mencabut rumput dari tanah. Oleh karena itu mereka cenderung memilih tunas atau rumput muda yang empuk, dan bekas-bekas gigitan rusa dapat dengan mudah terlihat di hutan.
Rusa jantan menandai teritori mereka menggunakan air kencingnya, yaitu menggunakan tanduknya untuk mengaduk tanah yang sudah dikencingi dan lantas menggosok-gosokkan tanduknya ke batang pohon. Rusa Sambar memiliki kemampuan bipedal (berdiri dengan dua kaki) yang sangat hebat dibandingkan semua spesies rusa lainnya, dan rusa jantan memanfaatkan kemampuan ini untuk berdiri dan menandai pohon-pohon dekatnya dengan tanduk mereka.
Meski Rusa Sambar kawin dan bereproduksi sepanjang tahun, mereka biasanya kawin antara bulan September dan Januari. Usia kehamilan rusa betina sekitar delapan bulan, dan biasanya melahirkan satu anak rusa.
Sejak tahun 2008, Rusa Sambar digolongkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) sebagai spesies Rentan (VU), yang artinya bahwa satwa ini akan menjadi Terancam (EN
) apabila kondisi yang mengancam kelangsungan hidupnya tidak membaik. Kondisi ini mencakup hilangnya habitat karena deforestasi. Namun ancaman utama berasal dari manusia yang menjebak dan memperdagangkan rusa ini sebagai makanan.