Januari 30, 2019
Mari kita berkenalan dengan Mentok Rimba (Asarcornis scutulata), unggas yang masuk dalam famili Anatidae.
Selain di Indonesia, burung/unggas ini juga merupakan satwa asli di Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Mentok Rimba merupakan salah satu dari 304 spesies burung/unggas yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) dan diketahui merupakan spesies penetap.
Di dalam RER, Mentok Rimba merupakan salah satu dari tiga spesies burung yang telah diidentifikasi yang menyandang status konservasi Terancam (EN) yang diberikan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature).
Mentok Rimba merupakan salah satu spesies itik terbesar, dengan panjang mencapai 66 s.d. 81 cm. Mentok jantan berbobot antara 2,9 kg dan 3,9 kg, sedangkan mentok betina berbobot antara 1,95 s.d. 3,05 kg.
Mentok Rimba memiliki tubuh gelap dan biasanya berwarna coklat buram, dengan kepala dan leher berwarna putih. Sayapnya berwarna putih saat membentang terbuka, dan bila sedang menutup sayapnya hanya memperlihatkan sedikit warna putih saja. Mentok Rimba yang berusia muda biasanya berwarna lebih buram dibandingkan mentok dewasa.
Mentok Rimba tinggal di hutan tropis yang lebat dan hijau sepanjang tahun, dekat dengan sungai dan rawa. Hewan ini menghuni lahan basah dengan aliran air alami dan buatan yang stagnan atau mengalir lambat, meliputi kanal yang tenang di dalam perkebunan dengan pohon besar.
Unggas ini cenderung bersarang di lubang-lubang di pepohonan dan juga bertelur di tempat yang sama. Mentok betina bisa bertelur hingga 16 butir pada sarang yang ia bangun di lubang pohon, percabangan pohon, atau celuk pohon, biasanya pada ketinggian 3 s.d. 12 meter di atas permukaan tanah.
Telur Mentok Rimba akan menetas setelah masa inkubasi selama 33 hari, dan telur akan menetas seiring dengan datangnya musim hujan. Anak Mentok Rimba menjadi dewasa setelah sekitar 14 minggu.
Mentok Rimba adalah spesies omnivora yang memakan biji buah, tanaman air, biji-bijian, beras, keong, ikan kecil, dan serangga. Satwa ini adalah spesies yang tidak suka menampakkan diri, dan diketahui cenderung mencari makan di malam hari.
Suara nyaring Mentok Rimba yang berseru-seru di malam hari bisa terdengar seperti suara hantu dari kejauhan. Karena inilah burung ini di India dikenal dengan nama ‘Deo Hans’, yang artinya ‘Bebek Gaib’ dalam bahasa Assam, bahasa setempat yang digunakan orang Assam di timur laut India.
Karena habitatnya yang terus dirusak dan karena spesies ini terus diburu demi telurnya, sebagai makanan, atau sebagai satwa piaraan, populasi Mentok Rimba turun dengan cepat. Di Indonesia, hanya ada sekitar 150 ekor Mentok Rimba yang diperkirakan ada di Sumatra, dan berdasarkan aturan hukum yang berlaku di Indonesia spesies ini termasuk satwa yang dilindungi.
Mentok Rimba juga masuk dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), suatu perjanjian internasional antarnegara yang mengatur perdagangan internasional spesies satwa dan tanaman liar.
Spesies CITES I adalah spesies yang menghadapi ancaman kepunahan.
Mentok Rimba merupakan salah satu dari 299 spesies burung yang masuk dalam daftar periksa burung yang diterbitkan oleh RER di tahun 2017.