September 14, 2018
Mari kita berkenalan dengan Burung Cica-daun Besar (Chloropsis Sonnerati), satwa yang masuk dalam famili Chloropseidae.
Burung yang juga dikenal dengan nama Cucak Hijau ini bukan hanya satwa asli di Indonesia namun juga di Brunei, Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Thailand.
Cica-daun Besar merupakan satu dari 304 spesies burung yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) dan merupakan spesies penetap.
Seperti halnya dengan Burung Cica-daun Kecil (Chloropsis Cyanopogon), cica-daun besar dinamai karena bulunya yang kebanyakan berwarna hijau bagai daun. Kedua spesies ini sulit dibedakan, namun ukuran Burung Cica-daun besar sedikit lebih besar dan dengan paruh yang lebih besar. Nyatanya, Cica-daun Besar diketahui merupakan spesies burung cucak (leafbird) yang ukurannya paling besar.
Kedua spesies ini lebih mudah dibedakan dari betinanya, di mana betina Cica-daun Besar memiliki warna kuning terang yang melingkari matanya dan juga di bagian lehernya, dan tidak demikian halnya dengan Cica-daun Kecil.
Cica-daun Besar jantan tampak seolah memakai topeng hitam di bagian mata dan garis warna biru kobalt di sepanjang area rahang, sedangkan topeng ini tidak tampak pada burung betina, yang hanya memiliki garis warna biru pucat di sepanjang area rahang.
Burung cucak atau cica ini dikenal karena suaranya yang nyaring dan jelas, yang biasanya berupa siulan ‘ci-cuw-ci’ dengan nada meninggi.
Burung ini menghuni hutan bakau atau hutan dataran rendah yang lembap di daerah tropis atau subtropis, kerap mendatangi pinggiran hutan dan bahkan perkebunan karet. Burung ini berpindah-pindah di ketinggian kanopi, terlihat jelas melompat-lompat dari dahan ke dahan serta terbang dari pohon ke pohon. Cica-daun Besar berpindah tempat dalam kawanan burung campuran bersama spesies burung lain seperti srigunting, sempur hujan, cinenen, timaliidae, dan bulbul.
Cica-daun Besar sering mendatangi pohon ara yang tengah berbuah untuk mencari makan, namun burung ini juga memakan serangga dan invertebrata kecil.
Burung cica memanfaatkan bagian batang tanaman yang halus, daun, dan akar berukuran kecil untuk membangun sarang yang bentuknya seperti mangkuk terbuka, yang biasanya diletakkan di ujung dahan pohon. Saat musim kawin, burung jantan akan membolehkan burung betina merebut serangga yang ada di paruhnya. Telur burung ini dierami selama 14 hari oleh burung betina, yang mendapat pasokan makanan dari burung jantan.
Hingga tahun 2012, Cica-daun Besar menyandang status konservasi Risiko Rendah (LC) yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Akan tetapi saat ini spesies ini digolongkan sebagai spesies Rentan (VU), yang artinya spesies ini menghadapi risiko yang besar mengalami kepunahan, dengan populasi saat ini kurang dari 1.000 ekor.
Cica-daun Besar kerap ditangkap dengan perangkap burung untuk kemudian diperdagangkan, dan dalam beberapa tahun ini jumlah burung cica-daun yang terlihat di pasar burung di Indonesia terlihat naik drastis. Aturan yang belum lama ini diterbitkan di Indonesia turut memasukkan burung cica-daun dalam daftar spesies yang dilindungi.
Spesies ini banyak dicari karena burung ini mampu mempelajari frasa lagu spesies burung lainnya, dan oleh karenanya disukai untuk dijadikan peserta kontes burung berkicau di Indonesia.