Maret 12, 2019
Mari kita berkenalan dengan Cangak Merah (Ardea purpurea), burung yang masuk dalam famili Ardeidae. Namanya dalam bahasa Latin berasal dari kata ardea yang artinya ‘burung kuntul’ dan purpureus yang artinya ‘warna ungu’.
Burung sejenis bangau yang di Indonesia disebut cangak ini juga berkembang biak di Asia bagian selatan dan timur, Eropa bagian tengah dan selatan, serta Afrika.
Cangak merah merupakan salah satu dari 304 spesies burung yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang merupakan spesies burung penetap dan banyak dijumpai.
Penampakan Cangak Merah serupa dengan Cangak Abu, namun Cangak Merah berukuran tubuh lebih kecil dan lebih ramping, dengan bobot hanya sekitar 0,5 s.d. 1,35 kg.
Akan tetapi Cangak Merah masih dianggap sebagai burung yang berukuran besar, dengan panjang 78 s.d. 97 cm dan tinggi 70 s.d. 94 cm saat berdiri.
Cangak Merah memiliki bulu burung yang berwarna coklat gelap kemerahan, dan pada burung dewasa warna ini menjadi abu-abu gelap kehitaman. Bagian samping kepala dan leher ini berwarna coklat berangan, dengan garis dan celeret warna gelap mengarah ke bawah pada masing-masing sisi leher.
Burung ini memiliki suara seruan yang lantang, meskipun tidak terlalu nyaring dan bernada lebih tinggi dibandingkan dengan Cangak Abu. Secara umum, Cangak Merah merupakan burung yang tidak terlalu berisik. Suara seruan burung ini kerap terdengar saat terbang atau bersarang.
Cangak Merah menghuni tanah paya, laguna, dan danau yang dikelilingi vegetasi yang pekat. Burung ini kerap menyambangi rawa bakau di daerah pesisir namun biasanya lebih menyukai habitat air tawar, khususnya lokasi dengan banyak tumbuhan air menghampar. Kadang burung ini dapat dijumpai di struktur bangunan buatan manusia yang menampung air, seperti kanal atau tambak.
Spesies ini suka menghindar dan menyembunyikan diri, tidak banyak menghabiskan waktu di alam terbuka. Burung ini jarang bertengger di pohon, dan cenderung menghabiskan waktu di dekat hamparan tanaman air. Cangak Merah bisa berjalan di atas tanaman yang mengambang.
Burung ini paling aktif pada saat subuh dan senja, dan berada di sarang dengan burung lainnya pada siang dan malam hari. Burung ini mampu menempuh perjalanan jauh ketika mencari tempat makan. Cangak Merah yang beramai-ramai terbang jarak jauh akan membentuk formasi ‘huruf V’.
Cangak Merah merupakan satwa karnivora yang berburu ikan, hewan pengerat, katak, dan serangga dengan jalan membuntuti mangsanya perlahan-lahan atau berdiri diam di tengah tanaman air menunggu mangsanya muncul.
Spesies ini biasanya berkembang biak dalam koloni, namun kadang sarang mereka dibangun memisah tersendiri.
Cangak Merah membangun sarang yang besar dari ranting atau tanaman air yang telah kering di lokasi yang dekat dengan pinggir air, di tengah tanaman air, atau di vegetasi yang pekat.
Telur burung ini berwarna hijau kebiruan, dan akan dierami oleh kedua induknya – jantan dan betina. Anak burung akan menetas setelah empat minggu dan siap terbang setelah enam minggu, serta menjadi mandiri dalam dua bulan.
Cangak Merah oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) digolongkan sebagai satwa dengan status konservasi Risiko Rendah (LC) issued by the International Union for Conservation of Nature (IUCN), yang artinya jumlah spesies ini masih banyak.
Pada Januari 2019, tim RER berjumpa dengan 44 ekor Cangak Merah saat melakukan survei burung air di sepanjang Sungai Kampar
Akan tetapi, IUCN mencatat bahwa tren populasi global Cangak Merah terus menurun. Diperkirakan hanya ada 270.000 s.d. 570.000 ekor Cangak Merah yang masih tersisa di dunia.
Ancaman terbesar bagi Cangak Merah ialah habitatnya di lahan basah yang menjadi kering dan terganggu.
Cangak merah merupakan salah satu dari 299 spesies burung yang masuk dalam daftar burung yang diterbitkan RER di tahun 2017.
Lihat versi lengkap daftar spesies burung di RER disini .