September 14, 2018
Mari kita berkenalan dengan Bangau Hutan Rawa (Ciconia Stormi), burung yang masuk dalam famili Ciconiidae. Di antara semua spesies bangau, spesies ini dianggap yang paling langka.
Bangau Hutan Rawa merupakan satwa asli Brunei Darussalam, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Indonesia.
Bangau Hutan Rawa adalah bangau berwarna hitam dan putih dengan paruh berwarna merah.
Kulit mukanya berwarna oranye, dengan area berwarna kuning di seputar matanya. Bangau ini berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 75 cm s.d. 91 cm saat ia berdiri dengan kakinya yang ramping dan berwarna merah tanpa ditumbuhi bulu.
Burung ini umumnya bersifat soliter/penyendiri, namun kadang dapat dijumpai dalam kelompok kecil. Bangau dewasa adalah satwa monogami, yang akan tetap setia bersama pasangannya selama bertahun-tahun. Jenis bangau ini kerap menggunakan sarang yang sama berulang kali, menambahkan lumpur dan ranting-ranting baru ke sarangnya tiap tahun.
Burung bangau ini biasanya bertelur dua butir per tahun, dengan masa inkubasi selama sebulan, dan bangau jantan dan betina bergantian mengerami telur hingga menetas.
Anak bangau diketahui mengeluarkan suara yang nyaring seperti suara kodok ketika induknya kembali ke sarang membawa makanan. Anak bangau biasanya sudah bisa terbang setelah 90 hari.
Bangau Hutan Rawa kebanyakan hidup di hutan tropis yang rimbun di dataran rendah, khususnya di hutan rawa gambut dan air tawar.
Satwa ini digambarkan merupakan spesies yang tidak suka menampakkan diri, yang biasanya mencari makan dalam senyap dan diam-diam dengan gerakan yang lambat di sepanjang pinggiran sungai atau kali yang berlumpur, dan kerap bertahan di daerah dengan naungan teduh.
Burung ini terutama memakan ikan kecil, katak, dan larva serangga akuatik. Tidak seperti bangau lainnya, Bangau Hutan Rawa juga akan mencari makan di tapak-tapak yang ada di hutan yang letaknya jauh dari air untuk mencari satwa vertebrata kecil yang hidup di tanah.
Ketika merasa terkejut, Bangau Hutan Rawa bisa lari dengan cepat , lompat, dan terbang, langsung membumbung tinggi melalui bukaan kanopi.
Sejak tahun 1994, Bangau Hutan Rawa digolongkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) sebagai satwa dengan status konservasi Terancam (EN). Spesies dengan status ini ialah spesies yang sangat berisiko mengalami kepunahan akibat turunnya populasi mereka sebanyak 50 s.d. lebih dari 70 persen dalam satu dasawarsa atau tiga generasi. Berdasarkan aturan hukum di Indonesia, Bangau Hutan Rawa saat ini termasuk spesies yang dilindungi.
Saat ini populasi Bangau Hutan Rawa diperkirakan hanya mencapai 400 s.d. 500 ekor, yang terutama diakibatkan oleh deforestasi karena kegiatan pembalakan, pembangunan tanggul/bendungan, atau konversi lahan.
Tim Restorasi Ekosistem Riau (RER) telah mencatat bahwa Bangau Hutan Rawa merupakan spesies penetap di Semenanjung Kampar, yang berarti bahwa spesies ini berada di kawasan ini sepanjang tahun dan berkembang biak di tempat tersebut.
Di sisi lain, bangau ini juga tercatat merupakan spesies yang jarang terlihat di RER, meskipun satwa ini pernah terlihat tengah mencari makan di hutan berdasarkan hasil tangkapan gambar dari kamera jebak.
Bangau Hutan Rawa merupakan salah satu dari 299 spesies burung yang masuk dalam daftar burung yang tahun lalu diterbitkan oleh RER.
Klik disini untuk mengunduh laporan utuh.