Juni 26, 2019
Mari kita berkenalan dengan Bangau Bluwok (Mycteria cineria). Selain di Indonesia, burung ini juga merupakan satwa asli Kamboja, Vietnam, dan Malaysia.
Dahulu, Bangau Bluwok oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) digolongkan sebagai spesies Rentan (VU). Akan tetapi, karena terjadi penurunan populasi yang drastis, IUCN mengubah status Bangau Bluwok menjadi Terancam (EN) di tahun 2013.
Bangau Bluwok merupakan salah satu dari 304 spesies burung yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER), dan merupakan spesies burung penetap. Di RER, Bangau Bluwok merupakan salah satu dari tiga spesies burung yang masuk dalam famili Ciconiidae (bangau).
Burung ini dianggap sebagai spesies burung berukuran sedang, dengan tinggi 91 s.d. 97cm, sehingga terlihat lebih kecil dibandingkan dengan bluwok berwarna, salah satu kerabat dekatnya. Selain Bluwok Berwarna, Bangau Bluwok juga memiiki tampilan dan perilaku yang mirip dengan Bangau Rimba Amerika dan Bangau Paruh Kuning.
Bangau Bluwok banyak dijumpai di kawasan bakau pesisir. Burung ini memiliki pola makan yang beragam, memakan satwa-satwa kecil termasuk krustasea, serangga, ikan, dan katak.
Bangau ini teramati menggunakan beberapa mekanisme mencari makan. Biasanya, Bangau Bluwok akan menemukan lokasi mangsanya dan menangkapnya dengan cara menceluk. Metode menceluk ini ialah di mana Bangau Bluwok akan berjalan perlahan mengarungi perairan yang dangkal dengan paruhnya yang setengah terbuka yang dimasukkan ke dalam air hingga tiga perempat bagiannya.
Ketika mangsa menyentuh paruhnya, Bangau Bluwok dengan secepat kilat mengatupkan paruhnya tersebut dan menelan mangsa utuh-utuh. Bangau Bluwok bisa saja akan rehat sejenak setelah menelan ikan besar, baru melanjutkan berburu.
Sama halnya dengan spesies burung perandai lainnya (yang mencari makan dengan cara berjalan mengarungi perairan dangkal), oleh industri perikanan Bangau Bluwok kadang dianggap sebagai hama kecil ketika burung ini memakan ikan dan udang yang akan diperjualbelikan.
Bangau Bluwok umumnya merupakan burung yang tidak banyak bersuara, kecuali bila mereka berada dalam koloni berkembang biak. Burung ini cenderung kawin di musim kemarau, dan biasanya musim kawin berlangsung tiga bulan.
Bangau Bluwok akan bertelur sebanyak 1 s.d. 4 butir telur, dengan periode inkubasi/penetasan selama kurang-lebih satu bulan. Burung jantan dan betina sama-sama mengerami telur di sarang mereka secara bergantian.
Telur-telur bangau ini bisa menetas di waktu-waktu yang berbeda, sehingga ukuran anak burung sulung dan bungsu bisa jadi berbeda jauh. Hal ini membuat anak burung bungsu sekaligus yang tubuhnya paling kecil mengalami ketertinggalan, karena induk akan memberi makan anak-anaknya sebelum semua telur menetas. Karena makan dibagi merata, anak burung bungsu kerap mati kelaparan.
Meski Bangau Bluwok saat ini merupakan spesies yang dilindungi di Indonesia, burung ini terus menghadapi ancaman kehilangan habitat, karena kawasan bakau terancam diubah menjadi lahan pertanian dan pengembangan untuk budidaya ikan dan tambak, serta sawah tanam padi. Ancaman lain terhadap spesies ini ialah diburu sebagai makanan dan untuk diperjualbelikan.
Bangau bluwok merupakan salah satu dari 299 spesies burung yang dimasukkan dalam daftar burung yang diterbitkan RER di tahun 2017.