Juli 16, 2021
Ular Sendok atau Kobra Sumatra (Naja sumatrana), adalah spesies ular yang sangat berbisa dan kita harus berhati-hati bila bertemu dengannya. Meskipun biasanya ular ini lebih suka menghindari konfrontasi, beberapa ular dewasa akan langsung berdiri, melebarkan tudungnya dan mendesis keras untuk menyerang, menggigit, dan menyemburkan racun jika merasa terancam.
Spesies ular ini adalah bagian dari keluarga ular berbisa elapidae, ditandai dengan taring tegak permanen di depan mulut, yang ditemukan di dalam area konsesi Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Merayakan Hari Ular Sedunia pada tanggal 16 Juli, mari cari tahu lebih banyak tentang salah satu spesies ular paling terkenal, Kobra Sumatra, dan belajar tentang pentingnya ular bagi ekosistem.
Habitat dan karakteristiknya
Ular ini banyak ditemukan di daerah khatulistiwa, tepatnya di negara-negara Asia Tenggara yakni Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Di Indonesia, spesies ini berada Sumatra dan Kalimantan.
Umumnya, Ular Sendok Sumatra dapat ditemukan di ketinggian hingga sekitar 1.500 m di atas permukaan laut di hutan tropis primer maupun sekunder. Namun, sering juga terlihat di taman, kebun dan di daerah perkotaan di mana ia mungkin bersentuhan dengan manusia.
Ular Sendok Sumatra adalah ular terestrial dan diurnal yang memakan terutama katak dan hewan pengerat, tetapi juga bisa memakan ular lain, mamalia kecil dan kadal sebagai mangsanya.
Di beberapa daerah di Sumatera, Naja sumatrana digunakan untuk mengendalikan populasi tikus di perkebunan.
Ular ini memiliki panjang sedang, antara 0,9 hingga 1,2 meter. Namun, beberapa di antaranya bisa tumbuh hingga 1,5 meter.
Kepala Kobra Sumatra memiliki moncong yang pendek dan bulat serta lubang hidung yang besar.
Matanya berukuran sedang dengan pupil bulat. Sisik punggungnya halus dan berjajar miring. Spesies kobra ini tidak memiliki tanda di tudungnya dan warnanya bervariasi berdasarkan lokasi geografis. Kobra Sumatra dikenal memiliki dua fase warna: bentuk kuning yang biasa ditemukan di Thailand, dan bentuk hitam yang ditemukan di Semenanjung Malaysia, Singapura, dan beberapa pulau di Indonesia dan Filipina.
Perbedaan warna pun tampak pada kobra yang masih remaja dan yang telah berusia dewasa.
Bisa ular
Spesies ini dapat menyemburkan racun ketika merasa terancam. Semburan racunnya cukup kuat hingga dapat mencapai lebih dari tiga meter. Target utama mereka biasanya adalah mata lawan, yang akan menyebabkan rasa sakit, kebingungan, dan akhirnya kebutaan. Pada saat yang sama, serangan ini juga merupakan mekanisme pertahanan, memberi mereka waktu untuk melarikan diri.
Namun sebenarnya, Naja sumatrana menyemprotkan bisanya dengan cara mendorongnya melalui lubang di taringnya.
Begitu racun masuk ke dalam mata, lawan akan mengalami venom ophthalmia.
Racun ular dapat mengandung serangkaian protein, bervariasi tergantung masing-masing spesies, dengan jumlah berbeda yang mengakibatkan gejala yang berbeda, misalnya, neurotoksik, hemotoksik, atau kardiotoksik.
Jika ular kobra menggigit, manusia bisa mati karena kelumpuhan jantung dan paru-paru dengan sangat cepat setelah digigit. Namun, meski lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, cobalah untuk tetap tenang dan diam setelah digigit ular untuk dapat membantu memperlambat penyebaran racun di tubuh. Tidak bersikap panik dapat menyelamatkan hidup kita.
Banyak yang mengatakan bahwa racun ular langsung masuk ke aliran darah setelah tergigit, ini adalah mitos. Racun ular masuk melalui sistem limfatik atau getah bening yang merupakan cairan dalam tubuh yang mengandung sel darah putih. Cairan ini hanya akan bergerak ketika kita menggerakkan anggota tubuh.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diingat bila kita tergigit ular neurotoksik:
• Tetap tenang dan bernapaslah dengan teratur
• Ikatkan perban dengan kuat di sekitar luka
• Jangan menggunakan torniket
• Segera pergi ke rumah sakit
Dan meskipun berhasil di film-film, mengisap atau memotong area gigitan adalah ide yang buruk: jangan pernah melakukannya.
Apa yang harus dilakukan jika bertemu Ular Sendok Sumatra?
Kobra atau Ular Sendok Sumatra tidak agresif terhadap manusia, tetapi pasti akan menyerang saat terancam. Penting untuk diingat bahwa mereka lebih takut kepada kita daripada kita terhadap mereka, jadi hindari menyerang ular atau membunuh ular tersebut.
Penting untuk tidak mengambil, menyodok, atau memancing ular yang kita temui, baik di cagar alam maupun yang menyelinap ke area pemukiman.
Jika ular hanya berjarak sekitar satu meter, usahakan diam dan tidak bergerak dan amati reaksi ular: kemungkinan besar ular itu akan mencari jalan keluar. Jika terpojok, mundurlah perlahan karena ketika kita bergerak perlahan, ia tidak akan melihat kita sebagai ancaman dan kecil kemungkinannya untuk menyerang.
Jika kobra mulai mengangkat sebagian badannya dan mendatarkan lehernya hingga membentuk tudung, kita harus berhati-hati karena gestur tersebut menunjukkan kemungkinan untuk menyerang.