September 23, 2021
Mari berkenalan dengan Kubung malaya (Galeopterus variegatus), satu-satunya mamalia dalam famili Cynocephalidae yang teridentifikasi dalam wilayah Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Dalam Bahasa inggris, Kubung malaya dikenal juga dengan nama Sunda Flying Lemur. Nama ini rupanya cukup mengecoh, selain karena Kubung malaya ini tak termasuk sebagai lemur, Kubung malaya pun bukanlah mamalia yang memiliki kemampuan untuk terbang layaknya kelelawar.
Meski begitu, Kubung malaya merupakan salah satu mamalia yang mampu melayang dengan baik dari satu tempat ke tempat lainnya, tercatat bahwa spesies ini mampu melayang sepanjang 100 meter dengan batas ketinggian sekitar 10 meter saja. Kubung malaya bukanlah lemur, melainkan termasuk sebagai colugo yang spesiesnya hanya terdapat dua di dunia. Sepupu Kubung malaya yang berukuran sedikit lebih besar merupakan spesies endemik Filipina yang dikenal dengan nama Kubung pelanduk Filipina.
Sementara Kubung malaya merupakan spesies endemik hutan tropis di Asia Tenggara, dari mulai Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Karakteristik
Bobot Kubung malaya berkisar antara 0.9 hingga 2 kg dengan panjang 33 hingga 42 cm, sementara panjang ekornya berkisar antara 17 hingga 27 cm.
Spesies mamalia ini memiliki kepala yang kecil dengan alis tebal, moncong tumpul, mata besar, dan telinga yang kecil. Tak terlihat kumis pada wajahnya. Mereka juga memiliki empat kaki berukuran sama dengan jari-jari berselaput dan cakar yang menggulung.
Kubung malaya tertutupi bulu padat bercorak belang dengan bagian perut berwarna pucat dan bagian punggunggnya dapat berwarna abu-abu, putih, merah, atau hitam. Spesies ini juga memiliki motif tebal di tubuhnya yang menyerupai lumut di pohon, motif ini membantunya dalam berkamuflase.
Kemampuan melayang Kubung malaya yang mengagumkan dibantu oleh selaput kulit yang disebut patagium. Selaput ini membentang di sepanjang tubuhnya, mulai dari leher hingga ke kuku-kuku di jari kakinya. Ketika sedang melayang, selaput Kubung malaya dapat membentang hingga 70 cm, memberinya lapisan permukaan yang dibutuhkan untuk melayang di ketinggian.
Menurut ensiklopedia Walker’s Mammals of the World, seekor Kubung malaya bahkan pernah tercatat melayang sejauh 136 meter.
Kubung malaya memiliki 36 gigi yang berbentuk seperti gigi karnivora. Secara umum, anggota dari famili Cynocephalidae memiliki struktur gigi seri yang berbentuk unik seperti sikat yang tidak hanya digunakan untuk mengunyah makanan, namun juga menyisir parasit dari bulu mereka.
Perilaku dan pola makan
Kubung malaya merupakan mamalia nokturnal, mereka akan tidur sepanjang hari di lubang-lubang yang terdapat di pohon atau di antara dedaunan lebat di puncak pohon. Selain mahir melayang, mereka pun pemanjat andal. Ketika memanjat pohon, Kubung malaya akan merentangkan kedua kaki depannya dan melontarkan kaki belakangnya, persis seperti melompat.
Kemampuan memanjat ini juga membantu Kubung malaya untuk melarikan diri ke pohon-pohon tinggi. Selain memanjat, salah satu metode pertahanan Kubung malaya saat terancam adalah dengan mematung di tempat.
Kubung malaya cenderung hidup sendiri, kalaupun bergerombol, hanya terdiri dari kelompok kecil yang tak tinggal berdekatan. Mereka pun cenderung territorial dalam hal jangkauan sarangnya dan juga wilayah mencari makan.
Spesies mamalia ini adalah herbivora, mereka memakan makanan-makanan lunak seperti bunga, buah-buahan, daun muda, getah, kuncup bunga, dan madu bunga. Gigi unik mereka yang berbentuk sikat berguna untuk menarik getah dari kulit pohon atau mengupas buah dan bunga.
Peran bagi ekosistem
Sebagai herbivora yang makanan utamanya adalah buah-buahan dan beragam jenis bunga, Kubung malaya berperan sebagai penyebar benih dan juga membantu penyerbukan bunga yang berguna bagi kesehatan ekosistem.
Sayangnya, Kubung malaya kadang juga menjadi target perburuan untuk diambil kulit dan dagingnya, mereka pun dianggap hama bagi pertanian.
Meski status konservasi spesies ini dalam Daftar Merah IUCN terklasifikasi dengan tingkat risiko rendah (Least Concern/LC), populasinya di alam liar tercatat terus berkurang karena kehilangan habitat aslinya.
Karenanya, Kubung malaya merupakan spesies dilindungi menurut hukum di Indonesia dan perburuan terhadap mamalia pelayang andal ini merupakan tindakan ilegal.