September 10, 2021
Pernahkah Anda melihat bajing? Beberapa dari Anda mungkin kesulitan membedakan antara bajing dan tupai. Padahal, meski sama-sama menggemaskan dan termasuk dalam famili yang sama yakni Scuridae, keduanya merupakan spesies yang berbeda. Di beberapa daerah di Indonesia, bajing kerap dikonotasikan dengan hal negatif, padahal sebenarnya mamalia satu ini memiliki peran yang penting bagi ekosistem.
Restorasi Ekosistem Riau (RER) merupakan rumah bagi berbagai 73 spesies mamalia, termasuk di antaranya adalah 13 jenis bajing tanah, bajing pohon, dan bajing terbang.
Bajing-bajing di RER
Kaya akan keanekaragaman hayati, RER telah mencatat beberapa jenis bajing yang tinggal di dalam kawasan restorasi, mulai dari Bajing-terbang Raksasa-merah hingga bajing terkecil di dunia, Bajing-kerdil Dataran Rendah.
Bajing-terbang Raksasa-merah
(Petaurista petaurista)
Jenis ini adalah bajing terbang terbesar dan terpanjang di dunia. Panjangnya dari kepala hingga pangkal ekor berkisar antara 28,5 hingga 55 cm, sementara panjang ekornya dapat mencapai 34 hingga 63 cm. Bobot tubuhnya berkisar antara 990-gram hingga 3,2 kg.
Bajing-terbang totol
(Petaurista elegans)
Bajing-terbang totol memiliki panjang tubuh, dari kepala hingga pangkal ekor, antara 29.5 hingga 40 cm, panjang ekornya berkisar 34 hingga 40,5 cm dan berbobot antara 760-gram hingga 1,5 kg. Spesies bajing ini termasuk sebagai salah satu bajing terbang terbesar. Selayaknya bajing terbang lain, Bajing-terbang totol aktif di malam hari dan dapat meluncur di antara pepohonan dengan merentangkan selaput yang menghubungkan tangan dan kakinya, dengan ekornya yang membantu keseimbangan saat terbang. Bajing-terbang totol merupakan salah satu spesies yang dilindungi menurut hukum Indonesia.
Bajing-terbang Ekor-Merah
(Iomys horsfieldii)
Bajing-terbang Ekor-Merah hanya ditemukan di wilayah Asia bagian selatan. Daerah asalnya membentang dari Semenanjung Malaya ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Bajing-terbang Ekor-Merah memiliki bulu yang didominasi warna oranye kecoklatan hingga coklat keabu-abuan. Spesies ini juga dilindungi menurut hukum Indonesia.
Jelarang bilalang
(Ratufa affinis)
Jelarang bilalang adalah bajing pohon besar yang habitat aslinya meliputi Thailand, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Status konservasi IUCN mengkategorikan spesies ini sebagai Hampir Terancam (Near Threatened/NT) dengan berkurangnya populasi dikarenakan wilayah habitatnya yang semakin terdegradasi. Bobot spesies ini berkisar antara 929-gram hingga 1,5 kg dengan panjang tubuh antara 32 hingga 35 cm, tak termasuk ekornya. Ekor Jelarang bilalang lebih panjang dari tubuhnya, mencapai 37 hingga 43 cm.
Jelarang hitam
(Ratufa bicolor)
Jelarang hitam adalah bajing pohon berukuran besar, salah satu yang terbesar di dunia. Rata-rata, Jelarang hitam memiliki panjang tubuh 34 hingga 37 cm dengan panjang ekor sekitar 41 hingga 42 cm. Jelarang hitam pun termasuk bajing yang aktif pada malam hari dan arboreal atau menghabiskan lebih banyak waktunya di pepohonan, namun kadang Jelarang hitam turun dari kanopi hutan untuk mencari makan di tanah. Status konservasinya diklasifikasikan sebagai Hampir Terancam (Near Threatened/NT) oleh IUCN.
Bajing-kerdil Dataran-rendah
(Exilisciurus exilis)
Merupakan bajing terkecil di dunia, Bajing-kerdil Dataran-rendah ini endemik di hutan-hutan Sumatra dan Kalimantan. Panjangnya hanya 10 hingga 14 cm dengan berat 12 hingga 26-gram.
Bajing-Kerdil Telinga-hitam
(Nannosciurus melanotis)
Perawakannya hampir menyerupai Bajing-kerdil Dataran-rendah dengan tanda wajah keputihan yang cukup mencolok sebagai pembeda.
Bajing Ekor-kuda
(Sundasciurus hippurus)
Dapat ditemukan di pulau Sumatra, Kalimantan, dan sebagian Semenanjung Malaya, Bajing Ekor-kuda merupakan yang terbesar dari subspesies Sundasciurus dengan tubuh berukuran sekitar 21,5 hingga 25 cm dan panjang ekor 24 hingga 29 cm. IUCN pun mengklasifikasikan bajing ini sebagai spesies Hampir Terancam (Near Threatened/NT).
Bajing Ekor-pendek
(Sundasciurus lowii)
Mendalami dataran rendah dan hutan, dapat ditemukan berkeliaran di tanah hutan, semak yang tak terlalu tinggi, dan cabang-cabang pohon. Ciri-cirinya yakni ekor pendek, tebal, dan bagian perut berwarna putih sangat pucat. Spesies ini ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Thailand dan Semenanjung Malaya.
Bajing-tanah Bergaris-tiga
(Lariscus insignis)
Penampilannya tak jauh berbeda dengan jenis bajing lainnya. Bagian atas tubuhnya serta ekornya berwarna coklat tua hingga coklat oranye, sedangkan bagian perut cenderung berwarna pucat. Sesuai namanya, spesies ini akan mudah dikenali dari tiga garis tebal berwarna hitam yang memanjang dari bahu hingga pangkal ekor. Bajing-tanah Bergaris-tiga sepenuhnya terestrial, yang berarti bahwa ia lebih banyak hidup di darat dari pada di air atau pohon. Oleh karena itu, spesies ini tak pernah berkelana di ketinggian lebih dari satu meter dari atas tanah. Spesies ini dilindungi menurut hukum Indonesia.
Peran Ekosistem
Tak hanya lucu, bajing adalah sumber mangsa yang penting bagi beragam predator hutan yang membantu keseimbanan ekologis. Lebih dari itu, mereka juga penting bagi regenerasi tumbuhan hutan. Bajing dapat membantu merestorasi hutan dengan menyebarkan benih atau spora jamur yang mereka makan, termasuk jamur endorhyzal yang penting secara ekologis.
Seluruh spesies bajing yang disebutkan di atas tercatat dan diidentifikasi di Semenanjung Kampar dan dideskripsikan dalam publikasi RER bertajuk Mamalia Semenanjung Kampar. Publikasi ini merupakan bagian penting dari upaya RER untuk menilai lanskap dan mengembangkan strategi restorasi ekosistem yang tepat.
Mayoritas spesies bajing di Indonesia diklasifikasikan sebagai Hampir Terancam (NT) oleh IUCN dan dilindungi oleh hukum Indonesia. Beberapa potensi ancaman bagi populasi bajing di alam liar adalah perburuan dan perdagangan liar. Menurunnya populasi bajing dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih untuk memelihara populasi bajing demi menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan yang sehat.