November 08, 2024
Burung elang (eagle) dan alap-alap (falcon) dapat ditemukan di hampir semua habitat daratan di bumi, dan umum ditemukan dalam budaya populer. Identik dengan kekuatan, keberanian, dan alam liar di dunia kita, mereka sering dipilih sebagai simbol nasional dari negara-negara yang ingin mewujudkan karakteristik tadi (Indonesia dan Amerika Serikat hanya dua contoh di antara negara lainnya).
Dalam proses mempelajari elang dan alap-alap secara mendetail di Restorasi Ekosistem Riau (RER), kami telah mengungkap fakta yang sangat menarik. Misalnya, tahukah kamu bahwa elang setia dengan satu pasangan seumur hidupnya? Atau, tahukah kamu bahwa alap-alap lebih dekat kekerabatannya dengan burung beo daripada elang? Jika ingin tahu lebih banyak, artikel ini akan membahas enam informasi menarik yang membedakan dua predator puncak yang memukau ini.
1. Kekerabatan dekat dengan burung beo
Mari kita mulai dari sisi sains. Meskipun burung elang dan alap-alap terlihat mirip, sebenarnya mereka tidak berkerabat dekat sama sekali. Sebuah penemuan yang dilakukan baru-baru ini telah mengungkap fakta bahwa hingga tahun 2008, kedua hewan tersebut digolongkan dalam satu ordo burung predator yang disebut Falconiformes. Namun, melalui analisis DNA dan filogenetik, ditemukan bahwa mereka terpisah tepat setelah zaman dinosaurus, sekitar 57 juta tahun yang lalu.
Jadi, di mana posisi elang dan alap-alap dalam silsilah keluarga burung pemangsa saat ini? Nah, spesies alap-alap (falcon) seperti kestrel, hobby, dan caracaras masih digolongkan sebagai ordo Falconiformes, sedangkan elang (eagle), elang rajawali (hawk), elang layang-layang (kite), dan elang buteo (buzzard) sekarang memiliki ordo sendiri, yang disebut Accipitriformes. Perbedaan ordo tersebut menandakan bahwa burung alap-alap (falcon) lebih dekat kekerabatannya dengan burung beo dibandingkan sepupu jauh mereka, elang (eagle).
2. Bentuk gigi, cakar, dan ‘celana’
Kita tidak perlu meneliti DNA dari kedua hewan ini untuk melihat perbedaannya. Sebagai permulaan, ukuran elang cenderung lebih besar daripada alap-alap. Jenis elang martial (Polemaetus bellicosus) memiliki lebar sayap 3 meter, sedangkan jenis alap-alap terbesar, yaitu gyrafalcon (Falco rusticolus), berukuran hanya setengahnya.
Untuk melihat perbedaan jelas dari karakteristik fisik antara elang dan alap-alap, mari kira lihat bentuk paruhnya. Semua alap-alap memiliki sesuatu yang disebut ‘gigi tomial’. Pada dasarnya, rahang atas mereka melengkung ke bawah, membentuk sudut panjang dan runcing. Gigi tomial yang seperti belati tajam ini digunakan untuk menghabisi mangsanya dengan cepat dan efisien. Sebaliknya, elang cenderung membunuh mangsanya dengan menggunakan cakarnya dibandingkan paruhnya, yang memiliki rahang atas lebih halus dan tampak lebih kokoh.
Ciri unik dan menarik lainnya dari elang adalah ‘celana’-nya. Ya, benar, pada semua spesies ‘elang sejati’, tungkai bawah (dikenal sebagai tarsi) mereka ditutupi bulu hingga ke telapak kaki. Itulah sebabnya kelompok ini terkadang disebut ‘elang bersepatu bot’.
3. Dari hutan hujan hingga ‘hutan’ perkotaan
Elang betah tinggal di berbagai habitat di hampir seluruh belahan dunia. Mereka terbang tinggi di atas kawasan tundra utara, mengitari gurun kering, dan mengintai dari hutan hujan khatulistiwa. Mirip elang, alap-alap juga tersebar luas dan telah menjelajahi setiap benua, termasuk Antartika. Jenis alap-alap caracaras bergaris (Phalcoboenus australis) adalah burung yang berkembang biak di bagian paling selatan bumi, dan salah satu burung pemangsa paling langka di dunia. Sementara itu, burung pemangsa yang paling tersebar luas di dunia, yaitu alap-alap kawah atau Peregrine falcon (Falco peregrinus), dapat ditemukan di mana saja, mulai dari permukaan laut hingga pegunungan berbatu yang tinggi, dan mulai dari daerah kutub yang dingin hingga daerah tropis. Mereka bahkan bersarang di gedung pencakar langit Manhattan!
4. Cara menyantap mangsa: Dimakan sambil terbang atau dibawa ke sarang?
Masih ingat perbedaan paruh elang dan alap-alap? Ciri fisik pembeda ini memberi petunjuk tentang perbedaan perilaku mereka saat berburu. Kita sudah tahu bahwa elang membunuh mangsa menggunakan cakarnya, sementara alap-alap menggunakan paruhnya. Fakta menarik lainnya adalah fakta bahwa alap-alap lebih sering menangkap mangsanya sambil terbang, baik dengan cara ‘merunduk’ saat menukik bebas dari ketinggian, atau sekadar mengejar mangsanya secara horizontal. Saat terjun dari ketinggian, alap-alap kawah tercatat memiliki kecepatan luar biasa, yaitu 390 km/jam, sehingga menjadikannya hewan tercepat di dunia.
Seakan kemampuan mengejar mangsa di udara tersebut belum cukup mengesankan, alap-alap juga mampu memakan tangkapan mereka sambil terbang, sehingga memungkinkan mereka untuk terus berburu tanpa jeda. Makanan alap-alap meliputi beragam jenis burung pantai, bebek, burung grebe, burung camar, burung dara, dan burung penyanyi (songbird). Kelinci, tikus, kadal, dan serangga juga dapat menjadi mangsa dari burung pemburu yang sangat cepat ini.
Sementara itu, karena tubuhnya yang lebih besar dan lebih berat, elang harus mengambil pendekatan berburu yang lain, namun tidak kalah efektif. Makanan mereka meliputi ikan air tawar besar, unggas air, mamalia, dan terkadang bahkan satu atau dua ekor kura-kura. Di daerah tropis, beberapa spesies elang diketahui memangsa monyet dari puncak pohon.
Seperti semua burung pemangsa, elang memiliki penglihatan yang sangat jeli, dan cenderung bertengger di atas sungai atau danau, menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Mereka kemudian menukik ke bawah dan menancapkan cakar kuatnya ke dalam air untuk menangkap mangsanya, sebelum membawanya kembali ke sarang untuk dimakan.
5. Perilaku berkembang biak
Elang kawin dengan satu pasangan seumur hidupnya. Elang jantan dan betina memiliki ritual kawin yang meliputi terbang tinggi, saling mengunci cakar, lalu turun ke daratan dalam pelukan erat. Ritual ini dilakukan untuk mengukur kekuatan dan kecocokan dengan calon pasangan. Mereka akan kawin sepanjang tahun, tetapi biasanya hanya bertelur satu kali yang menghasilkan 1-3 butir telur (empat atau lebih sangat jarang).
Bayi elang akan meninggalkan sarang pada usia sekitar 18 minggu, dan mencapai kematangan seksual pada tahun keempat atau kelima. Elang dewasa dapat hidup selama 20 atau 30 tahun di alam liar, dan beberapa elang yang terkenal bahkan mencapai usia 50 tahun!
Alap-alap juga kawin dengan satu pasangan seumur hidupnya, tetapi jika salah satu dari mereka mati, maka yang masih hidup akan segera menemukan pasangan baru. Alang-alang biasanya membesarkan satu kelompok alap-alap setiap tahun, tetapi terkadang dapat bertambah menjadi dua jika ada sesuatu yang terjadi pada kelompok pertama. Alap-alap umumnya hidup sekitar 10 tahun—salah satu alap-alap kawah tertua yang tercatat bahkan hidup hingga 19 tahun.
6. Membantu pengendalian hama dan seleksi alam
Sebagai predator puncak, elang dan alap-alap membantu mengendalikan populasi spesies mangsanya, dan mencegah kelebihan populasi yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologi. Terutama di wilayah tropis yang memiliki keberagaman hayati, mereka mencegah satu spesies menjadi dominan.
Bahkan di lingkungan perkotaan, alap-alap diketahui membantu mengendalikan populasi hama seperti merpati. Dengan memangsa hewan yang lemah dan berusia tua atau lamban, mereka juga memainkan peran penting dalam seleksi alam, mendorong proses evolusi, dan pada akhirnya memastikan hewan yang paling kuatlah yang bertahan hidup.
Upaya Konservasi di RER
RER adalah rumah bagi sembilan spesies elang dan tiga spesies alap-alap (tercantum dalam tabel 1 di bawah). Sebagai predator puncak, keberadaan mereka memberikan indikasi yang jelas tentang kesehatan ekosistem – tanda bahwa rantai makanan berfungsi dengan semestinya. Sebaliknya, kedua hewan memukau ini terus memberi kita wawasan menarik tentang ekologi, biologi, dan perilaku mereka. Di RER, mempelajari elang dan alap-alap membantu kita lebih memahami kebiasaan, kebutuhan, dan peran mereka dalam ekosistem; pada akhirnya, pemahaman tersebut memungkinkan kita untuk merancang strategi konservasi yang lebih efektif untuk mereka.