Februari 19, 2025
Di dunia, terdapat setidaknya 337 spesies kura-kura, termasuk tujuh jenis penyu laut. Kepulauan Indonesia menjadi rumah bagi 39 spesies tersebut, dengan enam spesies yang sejauh ini tercatat di Semenanjung Kampar. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dekat setiap spesies tersebut, melihat peran unik mereka dalam ekosistem, serta mengulas ancaman yang mereka hadapi dan solusi untuk menjaga kelangsungan hidup mereka di alam liar.
1. Kura-Kura Tempurung Lunak Asia (Amyda cartilaginea)
Common soft-shelled turtle, atau disebut juga kura-kura lunak Asia, dapat ditemukan di seluruh Asia Tenggara. Di Indonesia, spesies ini hidup di Jawa, Lombok, Kalimantan, dan Sumatra, terutama di ekosistem air tawar seperti danau, sungai, dan lahan basah. Kura-kura ini mudah dikenali dari moncongnya yang panjang, berfungsi seperti tabung untuk bernapas di atas lumpur di dasar sungai dan rawa tempat mereka bersembunyi.
2. Kura-Kura Sungai Kalimantan (Orlitia borneensis)
Sebagai kura-kura air tawar terbesar di Asia Tenggara, spesies yang terancam punah ini memiliki ciri khas berupa tempurung halus berbentuk oval, kepala kuat, rahang kokoh, dan cakar panjang. Beratnya dapat mencapai sekitar 50 kg, dengan kaki besar berselaput seperti dayung. Untuk mengimbangi bobot tubuhnya, kura-kura ini sebagian besar hidup di air. Kura-kura jantan dewasa memiliki ekor yang lebih panjang dan tebal dibandingkan yang betina. Kura-kura sungai Kalimantan mudah dikenali dari plastron (bagian bawah tempurung) berwarna putih bersih, yang membedakannya dari spesies kura-kura lain di daerah ini.
3. Kura-Kura Kotak Asia Tenggara (Cuora amboinensis)
Kura-kura kotak Asia Tenggara hanya ditemukan di kawasan hutan hujan tropis dataran rendah Asia Tenggara, seperti lahan gambut di Restorasi Ekosistem Riau (RER). Disebut kura-kura kotak karena kemampuannya untuk hampir sepenuhnya mengurung tubuhnya di dalam tempurung yang memiliki engsel.
4. Kura-Kura Bergerigi (Cyclemys dentata)
Kura-kura bergerigi, atau kura-kura daun Asia, dapat ditemukan di seluruh Asia, mulai dari bagian utara India dan Bangladesh hingga Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali). Kura-kura ini dapat tumbuh dengan panjang antara 15 hingga 24 cm, dan lebar antara 11 hingga 16 cm. Mereka biasanya sulit ditemukan karena corak tubuhnya yang dapat menyatu dengan daun-daun di sekitar mereka. Itulah sebabnya mereka disebut kura-kura daun. Mereka sering ditemukan di bawah pohon berbuah, terutama pohon ara.
5. Kura-Kura Berduri (Heosemys spinosa)
Kura-kura berduri, atau juga dikenal sebagai kura-kura matahari, mendapat namanya dari ‘duri’ yang melingkari tepi tempurungnya. Meskipun sudah tercatat di beberapa negara seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, dan Thailand, masih sedikit yang diketahui tentang kura-kura ini, terutama kebiasaan bertelurnya. Kura-kura berduri bersembunyi di bawah tumpukan daun untuk kamuflase pada siang hari, lalu keluar pada malam hari untuk mencari makanan. Spesies ini sangat mirip dengan kura-kura daun Asia. Perbedaan utamanya adalah kura-kura berduri tidak memiliki engsel pada tempurungnya.
6. Kura-Kura Rawa Hitam (Siebenrockiella crassicollis)
Kura-kura ini ada yang berukuran kecil hingga sedang. Hampir seluruh tubuhnya berwarna hitam, kecuali tanda kuning pucat di kepalanya. Di alam liar, mereka lebih suka hidup di perairan yang mengalir lambat atau tenang dengan banyak tumbuhan. Spesies ini juga sering dipelihara sebagai hewan peliharaan di Asia Tenggara. Di beberapa kuil Buddha, mereka dihormati sebagai hewan suci. Kura-kura ini tergolong terancam punah karena perdagangan hewan peliharaan dan pasar daging serta obat-obatan ilegal.
Peran dalam Ekosistem
Setiap jenis kura-kura memiliki peran penting dalam ekosistem tempat mereka hidup, karena mereka menghubungkan habitat air dan darat. Kura-kura menjadi bagian dari berbagai jaringan makanan dan memainkan peran penting sebagai konsumen, mangsa, dan pesaing dari spesies lain. Mereka juga berperan dalam daur ulang nutrisi di ekosistem mereka, serta menyediakan tempat tinggal bagi berbagai invertebrata dan mikroorganisme. Sebagai predator, kura-kura membantu mengendalikan populasi hewan kecil seperti siput dan serangga, sehingga menjaga keseimbangan di ekosistem sungai, danau, dan muara.
Ancaman terhadap Kelangsungan Hidup
Di seluruh dunia, aktivitas manusia telah menambah kerusakan habitat kura-kura dan menyebabkan penurunan populasi mereka di alam liar. Saat ini, sekitar setengah dari spesies kura-kura air tawar dan laut di dunia menghadapi ancaman kepunahan. Sebagian besar spesies kura-kura di Indonesia saat ini masuk dalam kategori Hampir Terancam (Near Threatened) atau lebih tinggi di Daftar Merah Spesies Terancam IUCN.
Ancaman yang umum dihadapi kura-kura adalah perburuan dan permintaan dari perdagangan hewan peliharaan dalam skala internasional. Polusi dan penghancuran habitat mereka juga menjadi ancaman serius. Karena tingkat reproduksi yang lambat dan tingginya tingkat kematian telur dan anak-anak kura-kura, populasi kura-kura lebih rentan terhadap ancaman-ancaman ini dibandingkan spesies lain. Artinya, populasi kura-kura dapat memerlukan waktu lama untuk pulih setelah penurunan yang drastis, sehingga upaya konservasi sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka.
Ancaman lainnya adalah bycatch, di mana kura-kura tertangkap secara tidak sengaja dalam jaring dan perangkap ikan. Untuk mengurangi ancaman ini, RER bekerja sama dengan para nelayan agar mereka melepaskan kura-kura yang terperangkap.
Konservasi Kura-Kura di RER
Program RER adalah kolaborasi internasional yang menggabungkan sektor swasta dan publik untuk melindungi dan memulihkan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki nilai ekologis penting di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, terletak di pesisir timur Sumatra. Dengan memulihkan habitat di wilayah tersebut dan memantaunya secara efektif, RER membantu populasi kura-kura untuk pulih kembali.
Didirikan oleh APRIL Group pada 2013, RER menggunakan pendekatan lanskap secara terpadu untuk melindungi, menilai, memulihkan, dan mengelola 150.693 hektar lahan gambut yang sebelumnya gundul atau terdegradasi, menjadikannya kawasan hutan dengan ekosistem unik dan kaya akan keanekaragaman hayati. Tujuan utama RER adalah untuk memulihkan hutan rawa gambut yang penting secara ekologis dan menghasilkan berbagai manfaat ekosistem melalui kolaborasi dengan berbagai pihak dan masyarakat.
Didukung oleh sumber daya jangka panjang dan para ahli dari mitra Fauna &, Bidara, dan APRIL Group, RER bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk memperkuat inisiatif konservasi yang sedang berjalan untuk kura-kura dan spesies flora dan fauna lainnya di Semenanjung Kampar, sebagai bagian dari izin restorasi ekosistem selama 60 tahun yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.
Dengan bekerja bersama untuk mempelajari hewan-hewan menakjubkan ini, memulihkan habitat mereka, dan mengurangi ancaman paling mendesak terhadap kelangsungan hidup mereka, program RER membantu menjauhkan keenam spesies kura-kura ini dari ambang kepunahan.