Agustus 10, 2022
Indonesia adalah rumah bagi berbagai jenis buah-buahan tropis. Beberapa di antaranya cukup terkenal dengan rasanya yang unik seperti durian, manggis, salak dan rambutan. Namun, masih banyak lagi jenis buah tropis yang belum banyak dikenal khalayak ramai, seperti asam paya (Eleiodoxa conferta).
Asam paya, dikenal juga sebagai asam kelubi, adalah salah satu jenis buah yang dapat ditemukan di Restorasi Ekosistem Riau (RER), salah satu area hutan gambut terbesar di Sumatra. Bentuknya menyerupai salak, dengan rasa yang berbeda. Seperti namanya, asam paya memiliki rasa yang cenderung lebih masam dibandingkan salak.
Namun, bagi para jagawana yang harus melakukan patroli rutin di hutan RER seluas 150.693 hektar, asam paya telah menjadi salah satu makanan utama bagi mereka ketika tidak dapat keluar dari hutan tepat waktu sesuai dengan rencana.
Dari bertahan hidup di hutan hingga kebudayaan
Seperti tersirat dari namanya, asam paya memiliki rasa yang masam. Namun, para jagawana RER telah terbiasa dengan rasa masam buah ini. Pasalnya, asam paya merupakan salah satu tumbuhan tropis liar yang kerap diandalkan sebagai sumber nutrisi ketika jagawana kehabisan perbekalan saat berpatroli.
Pohon asam paya berlimpah dan tersedia sepanjang tahun di RER. Buahnya tinggi akan serat, potasium, vitamin C, dan antioksidan, sangat baik sebagai sumber nutrisi bagi para jagawana.
Namun, asam paya tidak hanya berguna saat menjelajahi hutan Asia Tenggara yang indah; penduduk setempat juga menggunakan buah ini dalam masakan tradisional.
Asam paya digunakan dalam masakan tradisional masyarakat Melayu dan juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, infeksi kulit, dan penyakit hati. Mengonsumsi asam paya juga bermanfaat bagi pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan energi karena kandungan seratnya yang tinggi.
Buah ini menjadi salah satu komoditas yang membantu perekonomian lokal. Buah mentah dijual di pasar lokal, dan penduduk setempat juga menjualnya sebagai jus olahan. Asam paya dapat dibuat jus dan digunakan sebagai penyegar rasa pada minuman, saus, dan sup. Bisa juga digoreng dengan ikan atau diiris.
Asam paya vs salak
Seperti yang dibahas sebelumnya, penampilan asam paya menyerupai buah asli Indonesia lainnya, salak (Salacca zalacca). Keduanya adalah anggota keluarga Arecaceae dan sama-sama memiliki bentuk yang bulat mengerucut. Kedua buah ini juga sama-sama memiliki kulit luar yang cenderung mudah dilepas bahkan hanya dengan dikupas oleh tangan.
Setelah mengupas bagian luarnya yang runcing, baik salak maupun asam paya memiliki dua hingga tiga biji cokelat keras yang terbungkus daging buah berwarna krem.
Perbedaan antara kedua buah tropis ini terletak pada warnanya; salak lebih berwarna merah kecoklatan, sedangkan asam paya lebih berwarna merah delima dan teksturnya lebih tebal. Perbedaan lain terletak pada rasa. Asam paya terkenal karena asamnya, sementara rasa salak mirip dengan nanas atau nangka dengan sedikit rasa pahit.
Distribusi
Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Indonesia, adalah tempat kita dapat menemukan buah ini. Lingkungannya—hutan gambut—menawarkan kondisi nutrisi rendah yang cocok bagi pertumbuhan asam paya. Meskipun lokasi spesifik habitatnya masih belum diketahui, asam paya ditemukan di Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Filipina.
Di RER, Eleiodoxa conferta merupakan salah satu dari 197 spesies tumbuhan yang tercatat di kawasan restorasi.