Februari 11, 2022

Apa Bedanya Kukang dan Kungkang?

Beberapa dari kita mungkin pernah melihat video atau meme di media sosial yang menunjukkan kelucuan Kukang maupun Kungkang. Mamalia yang sama-sama bergerak lamban dengan mata besar menggemaskan ini memang cukup populer di dunia maya yang sayangnya membuat mereka marak dipelihara secara ilegal dan mengancam keberadaan mereka.

Namun, seberapa jauh kita mengenal kedua satwa ini? Bisakah kita membedakan antara Kukang dan Kungkang? Dan mengapa kita tak seharusnya tertarik dengan video-video viral tersebut? Mari kita cari tahu.

Keduanya adalah mamalia arboreal
Baik Kukang maupun Kungkang adalah mamalia arboreal, artinya mereka menghabiskan sebagian besar waktu hidup di antara dahan pohon, khususnya di bagian kanopi hutan hujan.

Kukang maupun Kungkang adalah mamalia arboreal, artinya mereka menghabiskan sebagian besar waktu hidup di antara dahan pohon

Namun, faktanya, kedua mamalia ini ternyata tidak berkaitan satu sama lain. Kukang tergolong sebagai Primata, sementara Kungkang termasuk ke dalam superordo Xenarthra, sebagaimana armadillo dan trenggiling.

Sementara itu, Kukang termasuk dalam suborder primata Strepsirrhini yang hidup secara nocturnal. Suborder ini mencakup lemur, galago, dan potto dari Afrika, serta Kukang dari India dan Asia Tenggara.

Kungkang lebih banyak ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan, sementara Kukang banyak terdapat di Asia Tenggara dan daerah sekitarnya, mulai dari Bangladesh dan India Timur Laut di barat hingga Kepulauan Sulu di Filipina Timur, dan dari provinsi Yunnan di Cina di utara hingga pulau Jawa di selatan.

Mana lebih cepat (atau lambat)?
Jika ada lomba adu kecepatan antara Kukang dan Kungkang, maka Kukang-lah yang akan jadi pemenangnya. Kungkang hanya bergerak 17,70 meter per jam dan mereka selalu bergerak dalam kecepatan yang sama dan terukur. Kungkang begitu lambat hingga ganggang tumbuh di bulu mereka.

Jika ada lomba adu kecepatan antara Kukang dan Kungkang, maka Kukang-lah yang akan jadi pemenangnya

Kukang juga bergerak lambat, hanya saja mereka bergerak sedikit lebih cepat dari Kungkang dengan jarak tempuh 1.899 km per jam dan dapat lebih cepat saat menyerang mangsanya di malam hari.

Gerakan yang cemberung lamban membuat Kukang memiliki sistem metabolisme yang lambat pula, namun tentu saja tak selambat sistem metabolisme Kungkang. Kukang adalah mamalia omnivora, mereka tak hanya memakan buah-buahan, namun juga dedaunan, getah pohon, namun juga serangga dan satwa-satwa kecil.

Sistem pertahanan unik

Kungkang bergerak terlalu lambat untuk dapat melarikan diri saat terancam, sehingga mereka sepenuhnya mengandalkan kemampuan kamuflase untuk bertahan dari pemangsanya

Selain wujud mereka yang menggemaskan, kedua satwa ini sama-sama memiliki sistem pertahanan yang unik. Kungkang bergerak terlalu lambat untuk dapat melarikan diri saat terancam, sehingga mereka sepenuhnya mengandalkan kemampuan kamuflase untuk bertahan dari pemangsanya, berkat ganggang yang tumbuh di bulu-bulu Kungkang.

Sistem pertahanan ini efektif bagi Kungkang karena mayoritas predatornya adalah kucing besar dan burung-burung pemangsa seperti elang yang mengandalkan penglihatan untuk berburu.

Sementara itu, Kukang memiliki sistem pertahanan yang lebih canggih: Kungkang merupakan satu-satunya primata beracun di dunia. Mulut dan lipatan sikunya mengandung racun yang cukup kuat untuk mengusir pemangsa, mereka pun memiliki gigitan beracun – racun diperoleh dengan menjilati kelenjar keringat di lengan mereka, dan diaktifkan dengan mencampurnya bersama air liur.

Bukan satwa peliharaan
Beberapa tahun yang lalu, Kukang ramai diperbincangkan di media sosial ketika banyak video beredar yang menunjukkan beberapa orang memegang atau merawat mereka sebagai hewan peliharaan. Meski menggemaskan, memegang Kukang sangatlah tidak disarankan, karena selain dapat membuat Kukang tertekan, tindakan tersebut juga memicu aktivitas jual-beli satwa liar secara ilegal.

Kukang sunda dikategorikan Rentan (VU).

Faktanya, kedelapan spesies Kukang dilindungi oleh undang-undang setempat di Asia Selatan hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan diatur pula dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES). Masih belum pasti berapa banyak populasi Kukang yang tersisa di alam liar, namun para konservasionis mengatakan populasinya terus menurun karena perdagangan hewan peliharaan dan keyakinan yang tidak berdasar bahwa mengonsumsi primata dapat menyembuhkan penyakit tertentu.

Salah satu spesies Kukang, Kukang Sunda (Nycticebus coucang) telah diidentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini dikategorikan Rentan (VU). Ia juga terdaftar dalam Appendix I dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), artinya mereka terancam punah karena hilangnya habitat dan permintaan tingga dari perdagangan satwa peliharaan eksotik.

Kungkang pun bukan hewan peliharaan. Mereka sulit dirawat dan jumlahnya semakin berkurang. Dari enam spesies Kungkang, Kungkang tiga jari atau Pygmy three-toed sloth (Bradypus pygmaeus) masuk dalam kategori spesies terancam kritis (CE), Kungkang tiga jari bersurai atau Maned three-toed sloth (Bradypus torquatus) dianggap Rentan (VU), dan yang lainnya dikategorikan dengan status konservasi risiko rendah (LC). Karena perusakan habitat dan perburuan, Kungkang menjadi sangat rentan terhadap perubahan di lingkungan mereka.

Jadi, kagumi makhluk-makhluk cantik ini di habitat aslinya, tetapi pikirkan lagi sebelum menonton video satwa peliharaan yang lucu itu, karena Anda mungkin tanpa sadar telah mendukung perdagangan satwa liar ilegal.

View this post on Instagram

A post shared by Restorasi Ekosistem Riau (@rer_riau)

Laporan Kemajuan RER 2023