September 22, 2023
Mungkin Anda pernah mendengar tentang Kopi Luwak – merek biji kopi termahal di dunia dan salah satu komoditi ekspor terkenal dari Indonesia. Anda mungkin juga tahu bahwa biji kopi yang unik ini diproduksi—sesuai asalnya—oleh seekor hewan: luwak. Namun, cerita di balik keunikan biji kopi ini dan produsen hewaninya ternyata lebih kompleks daripada kopi itu sendiri.
Selain itu, luwak dan musang kerap dikaitkan karena kemiripan yang dimiliki. Di Restorasi Ekosistem Riau (RER) terdapat lima jenis musang. Dua di antaranya adalah musang tenggalung (the Malayan civet) dan luwak atau musang luwak (the common palm civet). Lalu, apa yang membedakan luwak dan musang? Bagaimana membedakannya? Apa peran mereka bagi ekosistem dan upaya apa saja yang telah dilakukan untuk melindungi mereka? Dalam artikel ini, kita akan menyelami dunia misterius dua makhluk paling menarik di Asia untuk mengungkap rahasia mereka.
1. Taksonomi
RER merupakan rumah bagi dua anggota suku musang. Mereka adalah musang melayu (Viverra tangalunga), atau ‘musang tenggalung’; dan musang palem (Paradoxurus hermaphroditus) atau yang lebih kita kenali dengan sebutan ‘luwak’. Meski keduanya tampak sedikit menyerupai kucing, kedua satwa ini merupakan anggota keluarga Viverridae, seperti binturong yang juga dikenal sebagai bearcat atau kucing beruang.
2. Penampilan fisik
Luwak cenderung bertubuh kecil, beratnya sekitar 3,5 hingga 4,5 kg. Kakinya berwarna gelap dengan bulu abu-abu dan bintik hitam di seluruh tubuhnya. Ekornya panjang berwarna hitam di bagian atas dengan cincin di bagian bawah.
Sementara itu, tubuh musang sedikit lebih besar dengan berat berkisar antara 2-5 kg. Perawakan musang pun lebih panjang dan berotot, dengan bulu berwarna abu-abu yang bertekstur kasar dan kusut. Beberapa jenis musang memiliki corak putih di dahi, bercak putih kecil di bawah setiap matanya, bercak putih di sisi setiap lubang hidung dan garis gelap tipis di antara kedua matanya yang tampak seperti topeng. Panjang ekor musang biasanya sebanding atau lebih panjang dari tubuhnya.
3. Pola makan dan perilaku
Musang dan luwak merupakan hewan nokturnal sehingga mereka cenderung berburu atau mencari makanan di malam hari. Kedua satwa ini juga omnivora yang memakan daging, tumbuhan dan banyak jenis makanan lain termasuk buah-buahan, akar-akaran, telur, invertebrata serta hewan-hewan kecil seperti serangga, katak, hewan pengerat, kadal dan ular.
Musang juga memakan getah bunga palem yang umumnya difermentasi menjadi arak palem (atau toddy) oleh warga lokal. Karena perilaku ini, musang kadang-kadang disebut sebagai ‘kucing toddy’.
Musang dan luwak sama-sama memiliki kelenjar di bawah ekor mereka yang dapat mengeluarkan aroma yang khas. Ketika terancam, luwak akan mengeluarkan bau busuk untuk melindungi diri, mirip seperti sigung. Sementara itu, musang mengeluarkan aroma pandan yang kuat.
4. Peran dalam ekosistem
Mengingat diet mereka yang beragam, kedua spesies ini memainkan peran besar dalam kesehatan ekosistem. Mereka membantu menjaga keanekaragaman di ekosistem hutan tropis dengan menyebarkan bibit yang terbawa di dalam kotoran mereka.
Bagi luwak, muncul konsekuensi tak terduga dari dari biji kopi yang ditinggalkannya ketika menjelajahi wilayah hutan dan perkebunan. Sebuah enzim khusus dalam sistem pencernaan luwak dianggap mampu mengurangi kandungan kafein dalam biji kopi yang masih setengah tercerna dan memberikan rasa yang lebih kaya dan unik. Hal ini membuat kotoran luwak menjadi salah satu komoditas paling berharga di dunia.
5. Ancaman dan perlindungan
Musang dan luwak adalah dua dari 76 spesies mamalia yang telah diidentifikasi di area RER di Semenanjung Kampar. Keduanya terdaftar sebagai Least Concern (LC) oleh IUCN Red List. Predator alami bagi kedua spesies ini meliputi mamalia karnivora besar seperti macan dahan, harimau, buaya dan ular besar.
Salah satu alasan kesuksesan musang dan luwak adalah kemampuan mereka untuk hidup berdampingan dengan manusia, tidak seperti rubah atau badger. Namun, kemampuan mereka untuk hidup berdekatan dengan kita, ditambah dengan keimutan, dan kotoran mereka yang berpotensi menguntungkan, telah memicu kekhawatiran.
Semakin banyak luwak di Indonesia diambil dari alam liar untuk memenuhi permintaan perdagangan hewan peliharaan. Dengan populernya Kopi Luwak, banyak hewan yang ditangkap untuk dikurung dalam kandang sempit dan hanya diberi makan biji kopi. Belum diketahui sepenuhnya dampak dari tren mengkhawatirkan ini bagi populasi liar yang tentunya perlu dipertimbangkan saat Anda membeli secangkir kopi terkenal tersebut.
Layaknya banyak satwa yang hidup di wilayah RER, musang dan luwak akan sangat bahagia ketika dibiarkan berkeliaran di alam liar. Baru-baru ini, kamera jebak kami menangkap kedua spesies ini berkeliling cukup jauh mencari makanan dan pasangan. Saat mereka menjelajahi 150.693 hektar hutan RER, mereka juga menyebarkan benih dan membantu menjaga hutan tetap sehat dan produktif.
Sebagai gantinya, kami terus bekerja keras untuk memberikan hewan-hewan malam yang sulit dideteksi ini perlindungan yang aman, sehingga mereka dapat terus menjelajahi hutan dengan damai dan tanpa gangguan. Meskipun ketenarannya mendunia dalam produksi kopi, banyak hal menarik dari hewan-hewan ini yang tidak tertangkap mata. Bagi kami di RER, mereka adalah favorit kami.