November 19, 2021
Mungkin banyak di antara kita yang masih tertukar ketika menggunakan istilah ‘kera’ dan ‘monyet’, karena faktanya terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara mereka. Sebelum membahas lebih lanjut terkait ciri-ciri monyet dan ciri-ciri kera, penting untuk mengetahui bahwa kedua spesies ini tergolong dalam ordo Primata, yang mencakup lebih dari 500 spesies. Hal ini menjadikannya ordo paling beragam ketiga di dunia setelah ordo hewan pengerat dan kelelawar.
Mamalia dalam ordo Primata dapat diidentifikasi dari beberapa karakteristik, yakni memiliki kemampuan dan perkembangan fungsi kognitif tingkat lanjut karena otak mereka yang besar, mampu menggenggam tangan dan kaki, pandangan lurus ke depan dengan sudut pandang sempit, memiliki plasenta, dan beberapa karakteristik lainnya. Jutaan tahun lalu, nenek moyang dari ordo primate berevolusi hingga memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, menghasilkan begitu banyak cabang spesies dalam ordo ini.
Perbedaaan utama kera dan monyet
Kera dan monyet dapat hidup berdampingan dan memiliki tampilan visual yang serupa, tetapi mereka tidaklah sama. Sebagian besar perbedaan mereka sebenarnya dapat terlihat dari karakteristik fisik dan perkembangan evolusinya.
Kera tak berekor
Salah satu cara paling mudah dan cepat untuk mencari perbedaan antara kera dan monyet adalah dengan memperhatikan ekornya. Mengapa kera tak berekor? Hal ini dikarenakan daya penggerak di tubuh mereka telah berkembang sedemikian rupa menyesuaikan dengan kebiasaannya yang tidak menghabiskan lebih banyak hidupnya di pohon, seperti monyet.
Bentuk dan ukuran tubuh
Sebenarnya, bentuk tubuh dan rangka tulang kera lebih mendekati bentuk dan rangka manusia, dibandingkan monyet. Umumnya, ukuran tubuh kera lebih besar dan lebih berat dari pada monyet dengan sendi bahu yang membantu mereka berayun di antara dahan pohon.
Sementara itu, bentuk tubuh monyet lebih menyerupai kebanyakan mamalia lainnya, lebih kecil dari kera dengan dada yang tidak selebar kera. Struktur tulang mereka pun lebih menyerupai mamalia berukuran sedang, seperti anjing.
Pergerakan
Kera memiliki postur tubuh yang lebih tegak dibandingkan monyet, hal ini memungkinkan mereka untuk berjalan dengan kedua kaki belakang. Kera memiliki sendi bahu yang sangat membantu ketika mereka berayun di antara dahan-dahan pohon, gerakan ini dikenal juga dengan istilah brachiating.
Sedangkan, monyet cenderung lebih sering berlarian dari satu dahan pohon ke dahan lainnya, dibandingkan melalui brachiating. Di tanah, monyet akan berjalan dengan bagian seluruh telapak kakinya menyentuh tanah dengan telapak tangan yang terangkat. Monyet hampir tidak pernah berjalan secara bipedal.
Tingkat kecerdasan
Karateristik yang satu ini mungkin tak dapat langsung teridentifikasi hanya dengan melihat saja. Namun, kera diketahui sebagai satwa paling cerdas di bumi.
Mereka memiliki ukuran otak yang lebih besar dari monyet, membuat mereka mampu berpikir dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi di habitatnya. Simpanse, salah satu spesies kera dengan kemampuan otak paling mendekati manusia, bahkan mampu menciptakan dan menggunakan perkakas sederhana untuk membantu mereka mendapatkan makanan.
Kemampuan berkomunikasi
Sebagian besar primata berada dalam lingkup sosial yang kompleks dan cenderung tertutup. Untuk itulah, mereka membutuhkan komunikasi yang lebih sering dan intens satu sama lain.
Baik kera dan monyet berkomunikasi melalui bau, pesan visual, suara, dan sentuhan. Monyet dapat menggunakan suara dan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan sesamanya, namun kera memilki kemampuan kognitif dan linguistik dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan monyet.
Meski kera tak memiliki adaptasi fisiologi yang dibutuhkan untuk dapat menciptakan bahasa, namun mereka menunjukkan kapabilitas linguistik yang cukup luas. Kera bahkan dapat diajarkan untuk menggunakan bahasa isyarat, gerakan tubuh tertentu, dan bahkan menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan manusia.
Restorasi Ekosistem Riau (RER) telah mengidentifikasi lima spesies primata yang berhabitat di Semenanjung Kampar, salah satunya adalah jenis kera dengan nama Owa Ungko (EN). Owa Ungko memiliki buru berwarna hitam hingga coklat kemerahan. Uniknya, Owa di Semenanjung Kampar diidentifikasi memiliki warna bulu yang lebih gelap dibandingkan yang ditemukan di Sumatra Selatan. Populasi Owa Ungko semakin menurun karena hilangnya habitat alami dan perdagangan illegal yang menaksir spesies ini sebagai hewan eksotis.
Selain Owa Ungko, RER juga mengindentifikasi empat spesies monyet lainnya, seperti Kokah, Lutung Kelabu, Monyet Kra dan Monyet Beruk yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem lewat kehadirannya sebagai pollinator dan mangsa bagi predator.