November 28, 2019
Nyoman Iswarayoga, Direktur Urusan Eksternal Restorasi Ekosistem Riau (RER), baru-baru ini diundang untuk berbagi pandangannya sebagai bagian dari panel Circular Economy & SDG 15: Model restoratif untuk lanskap dan keanekaragaman hayati dalam Responsible Business Forum on Sustainable Development di Singapura pada 18-19 November 2019.
Forum tahun ini mengusung tema ‘Circularity 2030: Towards zero waste, next generation leader, circular economy jobs of the future’ .
Nyoman menyoroti upaya restorasi hutan RER yang dilakukan melalui pendekatan lanskap yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara berbagai tujuan yang terkadang bertentangan dengan mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal.
Lanskap RER merupakan lanskap heterogen yang dikelilingi oleh kawasan hutan tanaman industri Grup APRIL Group (dikelilingi oleh lebih dari 17.000 anggota masyarakat) dan hutan konservasi yang dikelola pemerintah. Wilayah ini juga merupakan habitat ratusan tumbuhan dan satwa liar asli.
Untuk dapat merestorasi hutan dengan luas lebih dari 130.000 ha di Semenanjung Kampar and 20,000 ha in Pulau Padang di Provinsi Riau, Sumatra, RER mengadopsi pendekatan lanskap yang mencakup semua aspek tersebut.
“Perlindungan dan konservasi perlu menjadi bagian dari bisnis melalui pendekatan lanskap produksi-proteksi yang terintegrasi,” kata Nyoman.
Selain bertindak sebagai lapisan perlindungan pertama, hutan tanaman industri di sekitar RER juga menghasilkan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan restorasi.
Ada empat aspek dalam kegiatan restorasi tersebut: melindungi, menilai, memulihkan dan mengelola.
Meski tampak berurutan, dalam praktiknya, hal itu cenderung terjadi secara bersamaan, kata Nyoman.
Agar restorasi berhasil, lanskap harus terlebih dahulu dilindungi dari risiko gangguan baru yang dapat menyebabkan degradasi.
Kemudian dilakukan pengkajian ekosistem dan lingkungan sosial, yang lalu menginformasikan tahap restorasi berikutnya yang melibatkan regenerasi hutan, sekat kanal atau konservasi satwa liar. Tahap terakhir adalah proses berkelanjutan untuk membantu masyarakat sekitar mencari sumber penghidupan dengan memanfaatkan lanskap secara berkelanjutan.
Nyoman menyoroti komunitas di sekitar RER sebagai aspek penting dari program.
“Kami bekerja sama dengan masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya pada hutan dengan menginformasikan kepada mereka tentang hal-hal yang bisa dilakukan, serta hal-hal yang harus mereka hindari karena berisiko bagi hutan,” ujarnya.
RER telah mencatat jumlah spesies keanekaragaman hayati dalam daftarnya sejak dimulainya upaya pemantauan keanekaragaman hayati pada tahun 2015, tambah Nyoman.
Hingga 2018, RER telah mencatat total 759 spesies tumbuhan dan satwa dalam konsesinya.
Sementara itu, upaya simultan untuk melindungi dan memulihkan lanskap RER telah berhasil mencegah adanya kebakaran sejak 2015.