Partisipasi masyarakat dan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan merupakan aspek penting dalam konservasi lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati di Semenanjung Kampar.
Tahun 2017 RER mulai bermitra dengan para pengumpul madu lokal di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Para pengumpul madu ini merupakan warga suku Melayu yang memiliki sejarah panjang dengan hutan gambut Riau. Mereka sudah mengunduh madu selama beberapa generasi dengan menggunakan cara-cara tradisional dengan memanjat bebas besar di hutan Pohon Sialang (Koompassia excelsa) untuk mengumpulkan madu baik untuk konsumsi sendiri serta untuk dijual ke warga ataupun diperdagangkan.
Masyarakat setempat menganggap Pohon Sialang sebagai spesies pohon yang dilindungi, dan mengumpulkan Madu Sialang merupakan tradisi keluarga dan budaya yang telah berlangsung lama dan memerlukan keterampilan sekaligus keberanian besar. Kegiatan ini juga dianggap sebagai ritual etnis. Pengumpulan madu merupakan kegiatan musiman yang bervariasi dari tahun ke tahun, karena tergantung pada cuaca dan tingkat kesehatan hutan, sehingga jumlah produksi dapat naik-turun.
Penduduk desa setempat mengandalkan Pohon Sialang sebagai sumber pendapatan, akan tetapi kondisi ini kerap dieksploitasi oleh agen yang membeli madu dalam jumlah besar dan kemudian menjualnya kembali dalam harga yang jauh lebih tinggi, sehingga mereka inilah yang meraup keuntungan tanpa membaginya secara adil dengan masyarakat setempat. RER saat ini membantu para pengumpul madu dengan jalan membeli madu mereka, memasarkan dan menjualnya sebagai Madu Hutan Riau, dan lantas memberikan laba yang diperoleh kembali ke masyarakat dalam bentuk proyek atau sarana dan prasarana yang dapat digunakan dan membawa manfaat bersama.
Madu Hutan Riau merupakan madu mentah alami yang langsung diambil dari sarang lebah di Pohon Sialang. Warna madu bervariasi mulai dari merah terang hingga hitam, dan madu disaring hingga tiga kali menggunakan saringan dari bahan rotan dan kain: satu kali disaring di hutan dan dua kali disaring sebelum madu dibotolkan guna menghilangkan sisa lilin/malam, sayap lebah, dan padatan lain yang tidak dikehendaki. Tidak ada proses memasak, pasteurisasi, ataupun sterilisasi.
Madu Hutan Riau merupakan madu alami dan organik yang secara tradisional dipanen dari hutan hujan tropis dataran rendah di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang yang terletak di provinsi Riau, Sumatra.
Pohon Sialang merupakan pohon liar yang berukuran besar dan ikonis yang tumbuh di hutan hujan tropis di dataran rendah yang berada dekat dengan garis khatulistiwa di kawasan Asia Tenggara. Diameter pada pangkal pohon ini bisa mencapai dua meter, dan pohon ini merupakan spesies pohon tertinggi di hutan, kadang bisa mencapai ketinggian 80 meter.
Lebah madu raksasa Asia (Apis dorsata) merupakan spesies lebah madu terbesar di dunia yang membangun sarang berukuran besar di sisi dalam cabang Pohon Sialang. Diameter sarang bahkan bisa mencapai lebih dari 50 cm. Lebah ini mengumpulkan polen dari berbagai sumber yang jumlahnya bisa mencapai ratusan jenis di dalam dan dari sekitar hutan, menghasilkan nektar unik yang membentuk cita rasa khas dari Madu Sialang, madu hutan mentah alami.
Madu Hutan Riau hasil produksi RER dengan cepat menjadi produk yang populer. Produk ini membantu para pengumpul madu setempat dalam melindungi, memulihkan, dan memanfaatkan hutan dengan cara-cara yang lestari. Produk ini juga membantu meningkatkan kesejahteraan warga melalui sistem bagi-hasil, serta memberi manfaat kesehatan bagi konsumen yang membeli Madu Hutan Riau tersebut.