Iklim

Semenanjung Kampar yang terletak di Pulau Sumatra merupakan salah satu area gambut terbesar di Asia Tenggara, dengan keanekaragaman hayati yang kaya serta stok karbon yang tinggi.

Restorasi Hidrologi

Dalam kondisi alami, suatu lahan gambut tropis yang berhutan terdiri atas lebih dari 90 persen air. Air ini bersumber dari hujan, yang curahnya sangat bervariasi tiap bulan, mulai kurang dari 50mm hingga lebih dari 400mm, dengan musim kemarau dan musim hujan yang datang bergantian dua kali per tahun.

Akumulasi dan susutnya gambut tropis dikendalikan oleh dinamika tinggi muka air. Suatu area gambut dianggap sehat bila area tersebut aktif mengakumulasi gambut, dan keberadaan komunitas tumbuhan tertentu serta lokasinya di lahan gambut mengindikasikan kondisi pembentukan gambut. Fluktuasi ketinggian muka air tanah perlu dipantau karena perbedaan curah hujan musiman mempengaruhi akumulasi gambut. Diperkirakan bahwa lahan gambut tropis yang tidak terdampak gangguan dengan curah hujan normal dapat mengakumulasi gambut hingga kedalaman 1 s.d. 3 milimeter per tahun.

River Restoration

Dalam kondisi alami, lahan gambut tropis berhutan terdiri atas lebih dari 90 persen air.

Tinggi muka air pada gambut bervariasi per musim seiring dengan banyaknya curah hujan, evapotranspirasi, dan air tanah. Di musim hujan, ketinggian air bisa mencapai hingga beberapa sentimeter di atas permukaan tanah. Di musim kemarau, ketinggian air akan turun sampai di bawah permukaan, hingga 150 sentimeter selama kemarau berkepanjangan dua bulan atau lebih.

Sebelum tahun 2013, area RER mengalami pembalakan liar dan penebangan kayu komersial selama puluhan tahun yang mengakibatkan hilangnya pohon-pohon besar. Untuk memudahkan akses mereka, para penebang kayu tersebut membuat jaringan kanal drainase yang panjangnya mencapai beberapa kilometer dari pinggiran sungai hingga ke lokasi-lokasi yang terletak jauh di dalam hutan. Kanal-kanal drainase ini lebarnya berkisar antara 1 s.d. 9 meter dan dengan kedalaman kurang-lebih 0,5 meter hingga 1,5 meter. Dari kanal besar ini, dibentuk jaringan rel pengangkut untuk memindahkan gelondongan kayu dari dalam hutan ke arah kanal, dan gelondongan kayu tersebut kemudian dipindahkan dengan cara diapungkan di sungai.

Today, the forest along the rail systems is progressively and naturally regenerating.

Saat ini, hutan yang ada di sepanjang sistem rel angkut mengalami regenerasi alami dengan pesat.

Begitu penebangan kayu berhenti, rel angkut dan kanal tetap berada pada tempatnya, mengakibatkan gambut menjadi kering dan merusak hutan di sekitarnya. Saat ini, hutan yang ada di sepanjang sistem rel angkut mengalami regenerasi alami dengan pesat. Akan tetapi, kanal yang tertinggal masih terus membuat air mengalir keluar dari tanah gambut, mengubah sifat kelembapan tanah dan membuatnya kering, dan dengan demikian mengubah jenis vegetasi (tanaman dan tumbuhan) yang tumbuh di hutan.

Tujuan RER ialah memulihkan hidrologi hutan gambut dengan menutup kanal-kanal drainase dan mengembalikan ketinggian muka air hingga mendekati fluktuasi musiman alami. Dengan memulihkan ketinggian muka air, hutan gambut dapat tumbuh kembali, subsidensi dapat diminimalkan, kebakaran akan dapat lebih mudah dicegah, dan potensi emisi karbon dari gambut yang kering atau terbakar akan dapat dikurangi atau dihilangkan.


Pemantauan Ketinggian Air

Pemantauan ketinggian air merupakan hal penting dalam mengelola kesehatan ekosistem lahan gambut RER serta mendukung kegiatan penutupan kanal. Rangkaian sumur celup (dip-well) dibuat di dalam tanah gambut untuk memantau ketinggian muka air. Sumur-sumur tersebut terletak secara parallel dalam area transek tegak lurus dengan kanal drainase serta di sepanjang transek yang melintasi berbagai topografi gambut mulai dari tepian sungai hingga kubah gambut. Kedalaman air di sumur tersebut diukur tiap bulan guna memantau ketinggian muka air tanah di bawah permukaan gambut. Subsidensi gambut juga dipantau di beberapa lokasi yang sama.

Wireless Water Level Monitoring

Kedalaman air di sumur diukur tiap bulan guna memantau ketinggian muka air tanah di bawah permukaan gambut.

Sebagai contoh, di area konsesi RER di bawah PT TBOT di Semenanjung Kampar, memiliki sepuluh titik pantau ketinggian muka air di sepanjang transek 5 km di dalam area hutan alam tanpa kanal yang mulai digunakan sejak Juli 2016. Antara Juli-Oktober 2016, ketinggian muka air mencapai 50 s.d. 100 cm di bawah permukaan gambut, akan tetapi dengan cepat pulih hingga ke level permukaan gambut pada November 2016 ketika terjadi hujan dengan curah mencapai lebih dari 400 mm. Curah hujan tahunan 2016 mencapai 6% di bawah angka rata-rata di Semenanjung Kampar dalam 14 tahun terakhir, dan hal ini terjadi setelah tahun 2015, ketika angka curah hujan tahunan 29% di bawah angka normal akibat pola cuaca El Nino.

the frequency and abundance of rainfall is a primary driver for maintaining water table levels close to the peat surface.

Frekuensi dan banyaknya curah hujan merupakan faktor utama yang mendorong terjaganya ketinggian muka air tanah hingga mendekati permukaan gambut.

Akan tetapi, curah hujan di tahun 2017 mencapai 9% di atas angka normal dan tersebar baik di sepanjang tahun, memungkinkan muka air tanah tetap tinggi, yaitu berkisar antara 40 cm di bawah permukaan hingga 50-100 cm di atas permukaan gambut. Dalam hal ini, frekuensi dan banyaknya curah hujan merupakan faktor utama yang mendorong terjaganya ketinggian muka air tanah hingga mendekati permukaan gambut, dan ketika terjadi kemarau yang lama atau berkepanjangan, ketinggian muka air tanah akan terus turun hingga di bawah permukaan gambut, sampai kembali terjadi hujan.

Laporan Kemajuan RER 2023