Semenanjung Kampar yang terletak di Pulau Sumatra merupakan salah satu area gambut terbesar di Asia Tenggara, dengan keanekaragaman hayati yang kaya serta stok karbon yang tinggi.
Di hutan rawa gambut tropis, tidak ada penyebab alami kebakaran. Kebakaran terjadi bila hutan mengalami gangguan yaitu berupa penebangan pohon dan pembukaan lahan, yang mengakibatkan vegetasi menjadi cukup kering untuk terbakar, dan manusia lah yang memang sengaja memantik api untuk membuka lahan atau secara tidak sengaja mengakibatkan timbulnya api akibat sembarangan membuang puntung rokok atau meninggalkan api bekas memasak.
RER mengadopsi pendekatan berbasis masyarakat untuk melakukan pencegahan kebakaran yang disusun dan diterapkan secara sukses oleh APRIL sebagai bagian dari Program Desa Bebas Api. Upaya ini didukung dengan kemampuan pemadaman api secara cepat apabila terjadi kebakaran yang tiba-tiba di dalam kawasan RER.
Sampai saat ini tidak tercatat adanya titik panas atau kebakaran di dalam area RER sejak tahun 2015. Catatan yang baik ini diperoleh berkat gabungan beberapa faktor, termasuk penempatan secara aktif petugas penjaga keamanan di tiap titik akses masuk ke dalam kawasan RER, patroli harian untuk meredam penggunaan api untuk melakukan pembukaan lahan, implementasi program Desa Bebas Api oleh APRIL di sembilan kelompok masyarakat yang memiliki kaitan dengan RER, program Eco-Village (desa ramah lingkungan) yang dilakukan BIDARA bersama kelompok tani di dusun Sangar untuk mempromosikan metode bercocok tanam tanpa bakar dan intensif, serta kesepakatan antara RER dan para nelayan di Sungai Serkap untuk melarang penggunaan api.
Pemantauan curah hujan merupakan aspek penting dalam pencegahan kebakaran. Setiap hari Tim Perlindungan Hutan RER memantau cuaca dari tujuh stasiun cuaca yang dioperasikan oleh RER, PT. RAPP, serta pemasok kayu usaha patungan di sekeliling RER. Sedangkan di Pulau Padang ada tiga stasiun cuaca yang digunakan.
Data cuaca dari sebagian stasiun cuaca tersebut tersedia sejak tahun 2002 yang mencakup curah hujan (mm), suhu (°C), dan kelembapan relatif (%). Informasi ini digunakan untuk memantau perubahan cuaca musiman dan membandingkannya dengan fluktuasi alami kedalaman muka air, serta dalam menghitung Peringkat Bahaya Kebakaran (Fire Danger Rating) harian. Sejak tahun 2002, total curah hujan tahunan di Semenanjung Kampar rata-rata sebesar 2.175mm, dengan kisaran mulai dari 1.514mm hingga 2.571mm.
Musim kemarau pertama terjadi antara akhir Januari hingga pertengahan Maret, sedangkan musim kemarau kedua terjadi antara Juni hingga September. Musim hujan terjadi antara Oktober hingga pertengahan Januari, dan kembali pada bulan April dan Mei. Pada periode kemarau inilah vegetasi hutan menjadi rentan terpantik api, khususnya di tempat-tempat yang dibuka untuk dengan cara menebang dan menyingkirkan vegetasi. Yang tidak lazim, sejak 2008 hingga 2010, total curah hujan tahunan dan rata-rata curah hujan per 3 tahun memuncak, dan kemudian terus turun.
Di Pulau Padang, sejak tahun 2012 rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2.271mm, dengan kisaran antara 1.494mm hingga 2.911mm. Curah hujan bulanan di Pulau Padang di tahun 2023 berkisar antara 90mm hingga lebih dari 500 mm dengan rata-rata sebesar 202mm. Periode musim hujan dan musim kemarau tidak jauh berbeda dengan Semenanjung Kampar.
Peringkat Bahaya Kebakaran (FDR/Fire Danger Rating) memberikan estimasi terkait tingkat kemungkinan munculnya api dan penyebarannya, serta apakah kemunculan tersebut akan memerlukan pemadaman atau tidak. Faktor-faktor seperti misalnya curah hujan per 24 jam (mm), total curah hujan dalam 15 hari terakhir, banyaknya hari tanpa hujan, serta kondisi bahan bakar halus (fine fuels) merupakan variabel yang digunakan untuk menghitung angka FDR harian. Dengan mengetahui angka ini, tim perlindungan hutan dapat memberi masukan bagi masyarakat, nelayan, dan pengguna hutan lainnya tentang kondisi vegetasi yang membawa risiko kebakaran. Data ini juga digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan patroli dan memastikan agar peralatan pemadaman kebakaran mereka siap untuk digunakan.
Selain itu, RER rutin memantau data titik panas untuk mengidentifikasi titik-titik yang mungkin berada di dalam atau dekat dengan perbatasan RER. Bila teramati adanya titik panas, koordinat lokasinya akan segera disampaikan ke tim lapangan yang langsung mengecek lokasi untuk kemudian mengambil langkah yang diperlukan. Data titik panas tersedia bagi publik secara daring melalui satelit NOAA dan MODIS.