Januari 02, 2019
Mari kita berkenalan dengan Macan Dahan Sunda (Neofelis diardi), satwa mamalia yang masuk dalam famili Felidae (kucing).
Kucing ini merupakan satwa asli Borneo dan Sumatra, Indonesia. Satwa ini juga satwa asli Sabah dan Sarawak di Malaysia, serta Brunei Darussalam.
Macan Dahan Sunda merupakan satu dari 73 spesies mamalia yang telah teridentifikasi di kawasan
Restorasi Ekosistem Riau di Semenanjung Kampar.
Macan Dahan Sunda digolongkan oleh IUCN (International Union for Conservation) sebagai satwa dengan status konservasi Rentan (VU) . Satwa ini merupakan salah satu dari 17 spesies mamalia di RER yang terancam di tingkat global.
IUCN memperkirakan bahwa hanya ada sekitar 4.000 ekor Macan Dahan Sunda di dunia. Akan tetapi, di Indonesia, macan dahan ini enam kali lebih banyak ada di Borneo dibandingkan dengan di Sumatra.
Alasannya ialah, karena adanya predator lain di Sumatra, seperti harimau dan ajak (anjing hutan Asia), yang bersaing dengan macan dahan. Berdasarkan observasi lapangan, macan dahan kerap tidak dijumpai di area yang banyak dihuni harimau.
Hilangnya populasi macan dahan Sunda banyak diatribusikan pada kerusakan hutan akibat pembalakan liar, perambahan, dan kemungkinan adanya perburuan terhadap spesies ini.
Di Borneo, macan dahan diburu sebagai bagian dari kepercayaan perdukunan tradisional – mengenakan kulit bulu macan dahan dianggap umum di kalangan dukun dan laskar prajurit.
Macan Dahan Sunda merupakan spesies yang dilindungi di ketiga negara tempatnya berada.
Di dalam RER, ada beberapa gambar Macan Dahan Sunda yang berhasil diperoleh melalui kamera jebak yang dipasang oleh tim. Pasangan jantan dan betina, serta macan dahan usia muda, sempat terfoto. Jumlah macan dahan di Semenanjung Kampar sepertinya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah harimau.
Macan Dahan Sunda merupakan satwa kucing terbesar di Borneo (di Sumatra, ukurannya kalah besar dengan Harimau Sumatra). Akan tetapi, satwa ini dianggap merupakan kucing berukuran sedang, dengan panjang berkisar antara 55 cm s.d. 91 cm), dan bobot antara 12 kg s.d. 30 kg. Macan dahan jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan betinanya.
Macan dahan ini punya kaki yang relatif pendek dan tubuh yang memanjang, yang membuatnya tampak terlihat seperti luwak/musang. Satwa ini juga punya ekor yang sangat panjang, yang membantunya menjaga keseimbangan.
Semua ini, termasuk tapak kakinya yang lebar, menunjang gaya hidup macan dahan yang bersifat arboreal (hidup di pohon) dan bergantung pada hutan.
Di kalangan kucing, Macan Dahan Sunda memiliki gigi taring yang ukurannya paling besar bila dibandingkan dengan ukuran rata-rata tengkoraknya. Sempat beredar spekulasi bahwa satwa ini merupakan keturunan kucing bergigi pedang yang terkenal.
Bulu macan dahan dihiasi motif oval yang tidak beraturan seperti bentuk awan. Motif ini berwarna lebih gelap dibandingkan dengan warna dasar bulu, yang biasanya coklat keabuan atau coklat kekuningan. Motif ini dipertegas dengan keliling berwarna hitam. Spesies ini juga punya dua garis hitam di bagian belakang lehernya.
Macan Dahan Sunda tidak bisa mengaum ataupun menggeram, namun masih sanggup memangsa satwa lain yang lebih besar dan kuat, seperti misalnya babi celeng muda. Macan dahan juga mengambil risiko menyambar monyet beruk muda, yang kawanannya bisa saja kemudian mengeroyok balik macan dahan tersebut.
Macan Dahan Sunda mencapai kematangan seksual sekitar usia dua tahun. Setelah masa kehamilan sekitar tiga bulan, induk macan dahan bisa melahirkan satu hingga lima anak macan.
Satwa ini cenderung menutup diri, sehingga tidak banyak yang diketahui tentang kebiasaan Macan Dahan Sunda. Namun demikian, tercatat bahwa satwa ini cenderung berburu di permukaan tanah, dan kemampuannya memanjat digunakan untuk menghindari bahaya.