Januari 31, 2023
Kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan, termasuk melindungi hunian liar, harus digalakkan sejak dini. Itulah mengapa, Restorasi Ekosistem Riau (RER) berupaya menumbuhkan rasa cinta lingkungan bagi generasi muda melalui program Eco Education yang telah berjalan sejak tahun 2018.
Pada tahun 2022 lalu, tepatnya di tanggal 22 – 26 November, RER kembali mengadakan Eco Education dengan mengundang delapan siswa-siswi SMAN 1 dan SMAN 3 Teluk Meranti untuk mengikuti rangkaian kegiatan bertemakan ‘Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Lingkungan Hidup’ di kawasan RER yang dipandu oleh Dosen Kehutanan UNRI, Dr Ir. Defri Yoza S.Hut, MSi IPU.
Sebagaimana diungkapkan RER Estate Manager, Dibyo Kuswiyono, “Pendidikan lingkungan bagi generasi pelajar merupakan salah satu aspek penting dalam menentukan masa depan bumi yang lebih baik. Namun, dalam praktiknya, kita perlu menyusun metode pembelajaran yang bisa menarik perhatian mereka.”
Eco Education kali ini cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena para pelajar diajak mengunjungi Eco Research Camp, basis operasional dan Pusat Sains Lahan Gambut Tropis yang dikelola RER untuk memberikan ruang bagi studi lebih lanjut terkait ekosistem penting ini.
“Banyak sekali pengetahuan baru yang saya dapatkan dari Eco Education, terutama mengenai pentingnya meningkatkan rasa peduli kita, generasi muda terhadap kondisi lingkungan sekitar,” ungkap salah satu siswi dari SMAN 3 Teluk Meranti, Salsabila.
“Ini pertama kalinya saya berkesempatan mengunjungi kawasan RER, melihat langsung hutan gambut dan mempelajari pentingnya ekosistem gambut bagi berbagai makhuk hidup di dalamnya, termasuk juga bagi manusia. Ternyata, pengalaman ini memacu rasa ingin tahu saya terhadap kondisi hunian liar lainnya, terutama yang berada di sekitar tempat tinggal saya,” terang peserta lainnya dari sekolah yang sama, Rendi.
Selain para pelajar, terdapat pula 15 peserta dari tim internal RER dan Grup APRIL yang begitu antusias dalam mengikuti Pelatihan Pengenalan Jenis Pohon guna memperdalam pengetahuan terkait flora di sekitar kawasan RER.
Beberapa tanaman yang dijelaskan dalam sesi tersebut antara lain: Meranti Paya (Shorea platycarpa), Meranti Bunga (Shorea teysmanniana), Meranti Rawa (Shorea macrantha) dan Kempas (Koompassia malaccensis).
Meranti Paya yang juga dikenal dengan nama Meranti Merah merupakan salah satu tumbuhan yang menyandang status konservasi Kritis (CR) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Itulah mengapa sejak awal beroperasi, RER telah memprioritaskan Meranti Paya sebagai spesies sasaran untuk konservasi dan restorasi.
Pemantauan fenologi yang menempatkan aspek pengaruh iklim dan lingkungan terhadap Meranti Paya telah dilakukan oleh tim RER semenjak tahun 2016. Pemantauan ini pertama kali membuahkan hasil pada tahun 2018, ketika tim RER menyaksikan banyak bunga Meranti Paya bermekaran di sepanjang Sungai Serkap dan Sungai Turip.
Pengenalan spesies kunci seperti Meranti Paya menjadi salah satu fokus pembahasan dalam Eco Education agar generasi muda memahami pentingnya menjaga keanekaragaman hayati, tidak hanya bagi satwa namun juga tanaman yang berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan sebuah ekosistem.
“Di RER, kami terbiasa melangkah dengan semangat terus memperbaiki diri. Untuk itulah, meski telah menjadi bagian dari tim RER, pelatihan semacam ini merupakan kesempatan yang berharga bagi kami untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan wawasan seputar restorasi dan konservasi lahan gambut,” terang Sarisha Dyahkalandarani, seorang Analis Database di RER.
Acara ini juga dihadiri oleh Camat Teluk Meranti yaitu Raja Eka Putra, S.Sos. Beliau bersama dengan rombongan dan juga para siswa turut menghadiri penayangan film Frontier Sumatra, film dokumenter pertama yang memperlihatkan keindahan flora & fauna di kawasan RER, serta berbagai usaha yang telah dan akan terus dilakukan untuk melindunginya.
Di akhir acara, Syamsuar, salah satu guru dari SMAN 1 Teluk Meranti mengatakan bahwa ia yakin bahwa pengalaman yang dirasakan para siswa selama Eco Education akan melekat di benak mereka hingga dewasa nanti. Syamsuar melihat aktivitas edukasi semacam Eco Education sebagai langkah awal untuk menumbuhkan rasa cinta dan peduli terhadap lingkungan sekitar sehingga perlu untuk terus dilakukan dengan skala yang lebih luas lagi.