April 30, 2024
Lebih dari 40.000 orang tinggal di sekitar area konsesi Restorasi Ekosistem Riau (RER), dengan sekitar 17.000 di Semenanjung Kampar dan 24.000 di Pulau Padang. Hal ini menjadikan keterlibatan masyarakat di lokasi-lokasi ini menjadi sangat penting bagi konservasi lingkungan dan keanekaragaman hayati. Sebelum RER didirikan, kedua area tersebut telah mengalami dampak buruk dari degradasi selama puluhan tahun akibat kegiatan penebangan komersial dan ilegal oleh sektor swasta dan masyarakat lokal.
Saat ini, tim RER bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk membantu membuat kegiatan perekonomian mereka lebih berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran tentang isu konservasi, sehingga dapat mengurangi penyebab utama deforestasi. Kegiatan edukasi dan penyuluhan membantu masyarakat lokal untuk memahami pentingnya konservasi dan restorasi, dimana pada saat yang bersamaan menunjukkan bagaimana hutan yang sehat dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal.
Pencegahan dan pelestarian
Di Semenanjung Kampar, RER bekerja sama dengan Hutan Desa Segamai untuk mencegah penebangan ilegal dan melestarikan sumber daya alam di wilayah tersebut. Hutan Desa Segamai dikelilingi oleh dua perusahaan. Salah satunya adalah PT Gemilang Citra Nusantara (GCN), salah satu entitas yang memegang lisensi restorasi ekosistem RER. Berdasarkan lisensi ini, hutan-hutan di area PT GCN dibiarkan tidak terganggu sehingga dapat beregenerasi secara alami.
Pada tahun 2023, RER dan otoritas lokal di Desa Segamai menandatangani perjanjian kerjasama untuk memperkuat tata kelola dan perlindungan hutan di sekitar desa, yang mencakup area sekitar 2.270 hektar. Perjanjian kerjasama ini termasuk dukungan berupa pembangunan pos penjaga dan menara pengawas, serta pemasangan papan peringatan dan informasi.
Penangkapan ikan berkelanjutan
Ada empat sungai utama di Semenanjung Kampar – Sungai Kutup, Turip, Serkap, dan Sangar – yang membentang antara 20 dan 30 kilometer ke pusat kubah gambut. Sungai-sungai ini merupakan ‘jalan utama kehidupan’ tradisional yang kaya akan beragam jenis ikan, yang juga berfungsi untuk mendukung kehidupan berbagai jenis satwa liar. Terus memastikan akses masyarakat ke sungai-sungai untuk memancing, menggunakannya sebagai jalur transportasi, dan menjadikannya sebagai mata pencaharian lainnya merupakan hal yang penting untuk menjaga praktik budaya tradisional dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
Sebelum didirikannya RER, para nelayan lokal yang bekerja di Sungai Serkap diketahui menggunakan praktik pemancingan yang tidak berkelanjutan, seperti menggunakan racun atau alat pancing listrik. Beberapa juga membakar vegetasi di tepian sungai, yang memperparah degradasi hutan dan merusak ekosistem alami. Saat ini, RER bekerja sama dengan kelompok nelayan lokal di Sungai Serkap – yang dikenal sebagai Serkap Jaya Lestari – untuk memastikan akses ke perikanan dan mendorong praktik pemancingan berkelanjutan tradisional, dengan tujuan untuk membantu anggota masyarakat meningkatkan mata pencaharian mereka secara berimbang dengan perlindungan dan restorasi hutan.
Sebuah perjanjian kerjasama dibuat pada Desember 2016 untuk menyelesaikan sejumlah isu, termasuk hak memancing, pemeliharaan dan peningkatan habitat dan hasil tangkapan ikan, pelaporan hasil tangkapan ikan, dan praktik pemancingan berkelanjutan. Sejak perjanjian tersebut, hasil tangkapan dan pendapatan telah meningkat, seiring dengan peningkatan kesehatan ekosistem di Sungai Serkap.
Meningkatkan kesadaran, mengembangkan mata pencaharian berkelanjutan
Pada Oktober 2021, RER menyelenggarakan sesi pelatihan perikanan masyarakat di Eco-Research Camp, yang dihadiri oleh masyarakat dari lima desa di sekitar RER. Sesi pelatihan selama dua hari dipimpin oleh para ahli dari Universitas Riau, yang memberikan saran mengenai topik-topik termasuk pengolahan ikan, pentingnya pelepasan kembali ikan yang tidak sesuai dengan kriteria, cara meningkatkan masa simpan produk ikan, dan mengurangi kerusakan ikan selama proses pengolahan.
“RER telah mengedukasi kami mengenai praktik pemancingan yang tidak berkelanjutan,” ungkap Bahtiar, yang merupakan Ketua kelompok Serkap Jaya Lestari. “Dengan metode pemancingan yang bertanggung jawab, kami hanya menangkap ikan yang sesuai dengan standar pasar, sehingga keberlanjutan ikan lainnya terjaga; pada awalnya memang terasa sulit, tetapi sekarang kami bisa melihat hasilnya.”
Selain edukasi mengenai praktik pemancingan berkelanjutan, tim RER juga memberikan dukungan untuk pengelolaan dan pemeliharaan peralatan memancing. Ketika pondok para nelayan rusak, RER memberikan dukungan material, seperti kayu dan terpal, dan membantu merenovasinya. Selain itu, RER menyediakan panel surya untuk pondok pemancing, sehingga para nelayan tidak perlu lagi menggunakan lampu minyak tanah di malam hari. Melalui kombinasi antara edukasi dan dukungan praktis, RER memberikan dorongan untuk perubahan perilaku kearah yang positif dan meningkatkan standar hidup bagi para nelayan Riau.
Pertanian tanpa bakar
Tim RER juga bekerja sama dengan warga desa dari desa Dusun Sangar dan Desa Segamai di Semenanjung Kampar, serta di empat desa di Pulau Padang, untuk mendukung praktik pertanian sayur tanpa bakar. Program tani ini dibentuk untuk mencegah risiko dari praktik pertanian tebang-bakar, yang telah menjadi praktik umum selama beberapa dekade, dan untuk memberikan metode persiapan lahan alternatif yang akan menghasilkan tanaman pangan bernilai.
Masyarakat awalnya diberi bibit yang kebanyakan merupakan tanaman sayur-mayur, seperti cabai merah dan cabai hijau, jahe merah, terung, tomat, cabai rawit, dan buncis, beserta aneka peralatan dan sarana produksi seperti alat bercocok tanam ringan dan pupuk. Sekolah lapangan juga rutin diadakan sebagai wadah belajar bagi masyarakat untuk membahas berbagai permasalahan pertanian serta mengasah teknik yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
“Melalui inisiatif RER, kami berharap masyarakat akan menjadi lebih berdaya dan berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Ahmad Fahrudin, Direktur Eksekutif BIDARA, organisasi mitra RER yang berfokus pada pengembangan sumber daya masyarakat. “Hanya melalui kolaborasi dan kerjasama antara pemangku kepentingan kita dapat mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pola hidup yang berkelanjutan.”
Dari pembangunan kapasitas diri hingga pemahaman, dari investasi hingga keterlibatan, RER terus bekerja untuk memastikan masyarakat lokal di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang tetap menjadi fokus utama dari upaya konservasi. Inisiatif program keterlibatan masyarakat tidak hanya membantu melestarikan gambut yang berharga di Riau, tetapi juga memberdayakan usaha kecil dan melestarikan pola hidup tradisional. Bagi hutan gambut Riau, kolaborasi ini menjadi kunci bagi masa depan yang lebih berkelanjutan; bagi RER, bekerja menuju masa depan yang diharapkan, bersama dengan masyarakat Riau, akan terus menjadi komitmen yang teguh dan kolaborasi seumur hidup.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kemitraan RER dengan masyarakat di Riau, silakan baca Special Report kami.