Maret 22, 2021
Pernahkah kali membayangkan apa yang akan terjadi bila semua air di dunia hilang?
Akan terjadi bencana kelaparan, desertifikasi, pertanian tidak akan mungkin ada lagi, dan kekacauan iklim. Bagi RER, dampaknya pun akan sangat besar. Gambut akan kering dan menjadi lebih rentan terhadap kebakaran, yang berpotensi melepaskan karbon dalam jumlah yang sangat besar. Ekosistem juga akan berantakan dan keanekaragaman hayati akan banyak yang beresiko hilang. Belum lagi dampaknya begi kehidupan masyarakat di sekeliling RER. Mereka akan kehilangan sumber penghidupan karena ekosistem hutan yang rusak. Air, tanpa diragukan lagi merupakan sumber kehidupan
Kita sering acuh dengan air. Kita seringkali mengkonsumsinya dengan berlebihan dan mencemari sungai dan laut. Mungkin sebagian dari kita bahkan berpikir bahwa karena lautan sangat besar, mustahil planet ini kehabisan air. Padahal, menurut lembaga Survei Geologi Amerika Serikat, seseorang menggunakan sekitar 80-100 galon air sehari.
Untuk hidup, manusia harus meminum air sepanjang hari. Manusia juga peduli dengan kebersihannya, sehingga kita mandi 1-2 kali sehari, dan bahkan terkadang lebih lama dari yang kita butuhkan. Kita menyiram toilet, mencuci piring, membersihkan mobil, mencuci, mengepel rumah, memandikan hewan peliharaan, memasak, dan melakukan banyak hal lain yang melibatkan penggunaan air. Dengan pandemi COVID-19, kita juga menggunakan air lebih sering untuk mencuci tangan guna mencegah penyebaran virus.
Setelah kita memahami betapa pentingnya air, sekarang kita mungkin bertanya-tanya apa itu Hari Air Sedunia?
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hari Air Sedunia diperingati untuk meningkatkan kesadaran dunia bahwa masih ada 2,2 milyar penduduk bumi yang tidak memiliki akses air bersih. Hari Air Sedunia juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB nomor 6, yaitu akses air bersih dan sanitasi untuk semua penduduk dunia pada 2030.
Tahun ini, tema Hari Air Sedunia adalah “Menghargai Air” untuk mengingatkan kepada semua orang akan pentingnya air dan apa yang bisa kita lakukan untuk menjaganya.
Pentingnya air bagi RER
Area RER terletak di hutan rawa gambut yang secara alamiah membutuhkan air yang sangat banyak untuk menopang fungsi ekologisnya. Hutan rawa gambut tropis terdiri dari 90% air dan 10% padatan. Hutan gambut menyimpan sekitar 30% karbon dunia di dalam lapisan tanahnya, dan untuk mengunci karbon tersebut gambut harus dalam keadaan basah atau lembap. Area RER sangat penting karena memiliki kontribusi yang besar dalam mitigasi perubahan iklim karena menyimpan karbon sebanyak lebih dari dua gigaton.
Selain itu, hutan RER yang sehat menyediakan rumah dan perlindungan bagi sekitar 800 spesies tumbuhan dan satwa liar, dimana banyak di antaranya sangat terancam punah. Belum lagi, ada sekitar 40.000 orang yang tinggal di sekitar RER yang bergantung pada hutan untuk sumber air dan mata pencaharian mereka.
Itulah mengapa air sangat penting bagi RER. Dan tim lapangan RER, menggunakan berbagai metode restorasi hidrologi untuk mengelola dan menjaga air di hutan.
Sebelum RER dibentuk pada tahun 2013, sebagian besar daerah di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang mengalami degradasi akibat penebangan komersial dan pembalakan liar selama puluhan tahun. Pohon-pohon besar ditebangi dan dibuatlah jaringan kanal dan rel untuk memindahkan gelondongan kayu ke luar hutan. Umumnya, kanal-kanal tersebut berukuran lebar 1-9 meter dengan kedalaman 50-150 sentimeter. Kanal ini membuat air mengering, menyebabkan subsidensi gambut, sehingga hutan menjadi rentan kebakaran akibat mengeringnya permukaan gambut.
Sejak tahun 2015, RER telah berupaya menutup kanal – kanal lama tersebut guna menjaga kelembapan gambut agar berada dalam batas fluktuasi musiman normal. Tujuannya adalah untuk membasahi kembali gambut dan mempertahankan air di dalam tanah selama musim kemarau untuk meminimalkan oksidasi dan subsidensi gambut.
Dan untuk mengukur pengaruh penutupan kanal terhadap tinggi muka air gambut, tim RER melakukan pemantauan secara manual melalui sumur celup. Sumur-sumur tersebut dibuat di area transek sepanjang beberapa kilometer mulai dari tepian sungai hingga jauh ke dalam hutan dan tinggi muka air diukur tiap satu hingga tiga bulan. Data yang terkumpul memungkinkan tim RER memantau tren tingkat ketinggian musiman air dan mengukur kesuksesan upaya restorasi hidrologi yang sedang berjalan. Sampai saat ini, sudah lebih dari enam tahun area RER di Semenanjung Kampar tidak memiliki titik panas atau kebakaran karena upaya restorasi hidrologi bersama dengan upaya lainnya. Selain itu, tingkat “kehijauan” hutan juga berangsur membaik yang menunjukkan kondisi yang semakin sehat.
Pada akhirnya, menghargai dan menjaga air itu sangat penting bagi kita dan seluruh penghuni bumi. Ayo kita mulai menghargai air dengan tidak menggunakannya secara berlebihan. Ayo kita bersama-sama menggunakan air secara berkelanjutan.
Selamat Hari Air Sedunia!