November 30, 2023
Setiap tahun pada tanggal 10 Agustus, Hari Konservasi Alam Nasional menjadi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran dan merayakan berbagai keindahan alam di Indonesia. Bagi tim Restorasi Ekosistem Riau (RER), ada alasan tambahan untuk perayaan di tahun ini karena kami melepas sekelompok Rusa Sambar ke alam liar.
Berbekal riset dari akademisi Universitas Gajah Mada dan kerja sama antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA Riau) dan RER, kami mentranslokasi sekelompok Rusa Sambar dari Kepulauan Meranti ke Semenanjung Kampar. Pelepasan ini merupakan upaya kolaboratif antara RER, pemerintah, kalangan akademisi, masyarakat, dan mitra.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu mencegah konflik manusia-harimau di Lanskap Semenanjung Kampar dengan meningkatkan ketersediaan pakan satwa mangsa harimau. Kegiatan ini mengikuti pelepasliaran seekor Harimau Sumatera bernama Corina, yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 20 Desember 2020. Kegiatan ini serta pendekatan kolaboratif yang kami terapkan dalam pelaksanaannya, merupakan simbol komitmen kami terhadap konservasi spesies yang dilindungi di Riau.
Sentinel hutan: Rusa Sambar
Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan satwa dari berbagai negara di Asia Selatan, termasuk Nepal, India, Thailand, Taiwan, dan Malaysia. Rusa Sambar terbesar bisa tumbuh hingga tinggi 160 cm dan beratnya bisa mencapai 545 kg, meski kebanyakan berukuran sedikit lebih kecil, sekitar 100 cm dan 350 kg. Rusa jantan akan menumbuhkan tanduk tiga cabang yang khas selama musim kawin, lalu mereka merontokkannya ketika musim kawin tahunan selesai. Umumnya mereka berwarna coklat kekuningan atau abu-abu, dengan tanda-tanda kecoklatan pada bagian belakang atau perut mereka.
Dalam hal perilaku, baik jantan maupun betina biasanya aktif di pagi dan sore hari, ketika cahaya redup dan mereka merasa lebih aman dan tidak mencolok di lingkungan mereka. Rusa Sambar juga lebih menyukai semak dan rumput yang lebat, dan tidak pernah berada terlalu jauh dari air; Rusa Sambar adalah perenang yang sangat baik dan akan menuju ke air ketika terancam.
Rusa Sambar betina akan melindungi anak-anak mereka dari predator – sebuah ciri yang relatif tidak umum pada rusa, yang cenderung melarikan diri daripada bertarung. Rusa Sambar liar harus selalu waspada terhadap sejumlah ancaman. Di banyak tempat, habitat mereka menghilang akibat deforestasi, perburuan, dan dijual sebagai daging oleh manusia.
Ingin tahu lebih banyak tentang Rusa Sambar? Baca artikel ini di situs web RER.
Temui penghuni baru hutan RER
Penghuni baru RER adalah empat ekor Rusa Sambar, terdiri dari dua betina dewasa, satu jantan dewasa, dan satu jantan remaja (anak rusa). Mereka sebelumnya berada di bawah asuhan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti, yang berniat untuk membudidayakan hewan-hewan tersebut dalam penangkaran, tetapi mengurungkan niatnya setelah mendapatkan nasihat hukum dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) POLDA RIAU dan BBKSDA Riau.
Ketika memindahkan hewan-hewan ini dan mengembalikan mereka ke alam liar, tugas pertama adalah menilai kesehatan masing-masing rusa untuk memastikan mereka dalam kondisi yang cocok untuk melakukan perjalanan. Tim dokter hewan BBKSDA Riau memberikan saran pada setiap langkah proses relokasi untuk memastikan rusa tidak mengalami stres yang tidak perlu.
Proses relokasi
Ada beberapa langkah dalam proses ini. Pertama, rusa tersebut ditenangkan dan dipindahkan ke kandang transit. Selanjutnya, mereka diangkut ke pelabuhan Selat Panjang, di mana mereka naik kapal untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah itu, Rusa Sambar dijemput dari pelabuhan di Semenanjung Kampar dan diangkut ke RER.
Akhirnya, sekitar pukul 17.00, rusa tiba di kandang habituasi, di mana mereka memiliki waktu untuk pulih dari perjalanan mereka, berkomunikasi kembali satu sama lain, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka. Langkah ini memberi mereka kesempatan untuk beraklimatisasi dengan bau, suara, dan iklim baru. Total seluruh perjalanan memakan waktu sekitar 18 jam.
Setelah rusa tinggal di kandang habituasi, mereka kembali diperiksa oleh dokter hewan dan ditemukan dalam keadaan sehat – sebuah tanda bahwa relokasi berhasil. Belakangan diketahui bahwa rusa-rusa ini bernama: Hasan, Vina, Mina, dan Abeng (sebagai penghormatan kepada anggota masyarakat yang membesarkan dan menyerahkan mereka).
Sebelum dilepaskan ke alam liar, keempat rusa tersebut diamati selama lima hari di dalam kandang habituasinya. Keempatnya dinyatakan siap untuk dilepas pada hari keenam, yang bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional pada tanggal 10 Agustus 2023.
Momen spesial bagi RER
Pada pagi hari di tanggal 10 Agustus, pintu besi kandang dibuka, memungkinkan Hasan, Vina, Mina, dan Abeng untuk kembali menjelajahi alam liar. Upacara pelepasliaran dipimpin oleh Andri Hansen Siregar, S.Hut.T., M.Sc., Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, bekerja sama dengan RER, program restorasi hutan yang diinisiasi oleh APRIL Group. Untuk melihat gambar pelepasan Rusa Sambar, Anda dapat menonton video acara kami di sini.
Menurut proyek penelitian yang dilakukan di Universitas Gajah Mada, konflik manusia-harimau di lanskap Semenanjung Kampar sebagian besar disebabkan oleh kurangnya spesies mangsa; pada saat makanan langka, Harimau Sumatera liar cenderung akan mengalihkan perhatian mereka ke ternak, memicu konflik dengan manusia. Dengan mengamankan ketersediaan spesies mangsa alami Harimau Sumatera, pelepasliaran ini membantu memulihkan keseimbangan alami di ekosistem dan mengurangi konflik manusia-harimau.
Bekerja bersama pemerintah Indonesia, akademisi, dan masyarakat lokal, RER berkomitmen untuk perlindungan spesies yang rentan dan dilindungi di Indonesia. Restorasi Ekosistem Riau (RER) menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas kepercayaan dan kerjasama yang luar biasa kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA Riau) dan Kepolisian Daerah Riau (POLDA Riau) karena telah mewujudkan kesempatan pelepasan terbaru ini; dengan kerja sama, kami telah menambahkan bab baru dalam upaya konservasi yang menakjubkan di Riau.